Logo Bloomberg Technoz

Target tersebut mengalami penyesuaian dari masing-masing 635.000 bopd dan 1,033 boepd dalam APBN 2024. Laporan terakhir SKK Migas mengeklaim bahwa realisasi lifting kumulatif minyak dan gas bumi per 31 Oktober 2024 berada di level 1,56 juta boepd, atau 90% dari target APBN  tahun ini yang ditetapkan sebanyak 1,66 juta boepd. 

“Kami sedang berpikir keras bagaimana kita exit point pada 2024 tidak boleh lebih rendah dari 2023 dan tantangan berikutnya adalah bagaimana kita bisa mendorong setelah 2025 ke sana itu kecenderungannya harus ada peningkatan,” kata Hudi.

Upaya Optimasi

Untuk mengoptimalkan sumber-sumber daya yang belum tergarap, sambungnya, SKK Migas juga telah melibatkan daerah untuk mengelola hulu migas dan merevisi pedoman tata kelola (PTK) agar proyek dengan nilai di bawah Rp50 miliar diprioritaskan bagi pengusaha lokal. 

Hudi mengatakan rerata produksi minyak nasional saat ini berada di level 580.000 bopd, yang hanya berasal dari 20 cekungan yang telah berproduksi selama puluhan tahun. Dengan demikian, masih banyak potensi yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan lifting. 

“Untuk kita bisa mendorong ke arah situ, berarti kita harus menciptakan sebuah equipment investasi yang investor friendly kepada para investor di luar, karena kita juga harus mengakui bahwa kita masih membutuhkan teknologi, modal, dan lain-lain,” tuturnya.

Hudi memaparkan, hingga saat ini masih  terdapat potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan dari 8 cekungan yang sudah dibor, tetapi belum berproduksi. Selain  itu, sebanyak 19 cekungan tercatat memiliki potensi hidrokarbon; 13 dibor, tetapi tidak ditemukan migas; dan 68 belum dibor. 

Untuk diketahui, capaian investasi hulu migas pada 2023 adalah sebesar US$13,7 miliar atau setara Rp206 triliun, naik 13% dari realisasi 2022 dan lebih tinggi 5% dari rencana jangka panjang atau long-term plan (LTP) serta di atas tren investasi eksplorasi dan produksi atau explorations and productions (E&P) global. 

Menurut Hudi, investasi hulu migas tahun lalu terkendala oleh pengeboran sumur pengembangan karena faktor safety stand-down; ketersediaan rig dan tenaga kerja, serta banjir di lokasi.

Adapun, outlook investasi hulu migas pada 2024 adalah sebesar US$16,0 miliar atau setara Rp251 triliun. Angka ini meningkat 17% dari realisasi 2023. Sampai dengan Oktober, taksiran realisasi investasi hulu migas hanya sebesar US$10,3 miliar atau setara Rp162 triliun. 

“Selain dari tren investasi, kita juga melihat bahwa Indonesia itu sebetulnya kembali berada di negara yang menjadi tujuan utama dari para investor untuk melakukan eksplorasi terutama setelah terjadinya penemuan sumur Layaran dan Tangkulo,” ujarnya.

Anjungan pengeboran./dok. Bloomberg

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membeberkan tiga strategi agar lifting minyak dapat melampaui target APBN pada 2025. Pertama, sumur minyak di Indonesia harus diintervensi dengan teknologi.

Walaupun membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang mahal, itu tidak menjadi persoalan. Jika tidak ada intervensi teknologi, menurut Bahlil, lifting minyak bisa turun 7%—15% per tahun.

Palingan kita akan sharing profit yang tidak maksimal. Bagi negara sekarang adalah tidak hanya pendapatan, tapi bagaimana lifting agar mengurangi impor,” tutur Bahlil, medio pekan lalu.

Kedua, sumur yang telah selesai eksplorasi untuk segera melakukan rencana pengembangan atau plan of development (PoD). Bahlil menyebut terdapat 301 lapangan yang telah selesai eksplorasi tahun ini. Sebanyak 60 di antaranya akan didorong untuk mengajukan PoD. 

“Sudah selesai eksplorasi, sudah dapat cadangan, tetapi belum membangun konstruksi untuk produksi. Ini kita dorong. Makanya, apapun yang mereka minta, selama tidak menabrak aturan, saya oke-in,” tutur Bahlil.

Ketiga, adalah eksplorasi. Bahlil mengeklaim telah mencari investor untuk mengeksplorasi sumur minyak. Dia menawarkan pilihan skema kepada investor yakni gross split atau cost recovery.

“Jadi enggak ada lagi alasan untuk orang mengatakan kepada kita tidak kompetitif. Sweetener [insentif] kita kasih. Saya memberikan sweetener. Selama betul-betul itu kebutuhannya untuk membuat studi kelayakan, FS-nya [feasibility study] itu bernilai yang win-win antara investor dengan pemerintah,” jelas Bahlil.

Dengan menggunakan tiga srategi tersebut, Bahlil yakin target realisasi lifting minyak akan melebihi target APBN 2025. Namun, untuk target hingga akhir tahun ini, dia tidak bisa menjanjikan dapat terealisasi.

“Tetapi target saya 2025, kan APBN 2025 itu target lifting [minyak] kita itu 605.000 bopd. Pasti akan lebih [realisasinya],” ucap dia.

SKK Migas sebelumnya melaporkan realisasi produksi siap jual atau lifting minyak berada pada level 576.000 bopd pada semester I-2024. Angka ini berada di bawah target APBN 2024 dan work program & budget (WP&B) 2024 yang masing-masing sebesar 635.000 bopd dan 589.500 bopd.

(mfd/wdh)

No more pages