Indeks dolar AS pagi ini kembali bangkit menguat 0,46% ke level 106,22, setelah pekan lalu mencetak kinerja buruk dengan penurunan 1,69%.
Pagi ini, penurunan nilai rupiah tidak diikuti oleh pelemahan di pasar saham. IHSG dibuka naik tipis 0,05% dan makin menguat ke 7.121. Sedangkan di pasar surat utang RI, gerak yield INDOGB mayoritas naik pagi ini, sejurus dengan sentimen di pasar Treasury yang mencatat kenaikan imbal hasil sejak pembukaan pasar Asia Senin pagi.
Sepekan lalu, rupiah sebenarnya telah membukukan penguatan mingguan 0,16% dan ditutup di level Rp15.845/US$. Kinerja mingguan rupiah mengalahkan ringgit yang menguat hanya 0,09%. Namun, rupiah kalah oleh baht dan peso yang masing-masing mencatat penguatan 0,99% dan 0,61%.
Capaian rupiah terutama disokong oleh animo asing yang masih baik di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, tekanan jual yang masih besar di pasar saham serta gelombang jual asing di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), membatasi penguatan rupiah.
Laporan Bank Indonesia, berdasarkan data transaksi 25-28 November 2024, pemodal asing di Indonesia tercatat jual neto sebesar Rp1,78 triliun di pasar RI. Terdiri atas jual neto Rp2,01 triliun di pasar saham, lalu beli neto Rp1,89 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp1,66 triliun di SRBI.
Trump melalui akun media sosial Truth Social miliknya, pada Sabtu malam waktu setempat menulis ancaman pada negara-negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan), terkait upaya kelompok tersebut mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dengan mewacanakan mata uang alternatif.
"Gagasan bahwa negara-negara BRICS berusaha meninggalkan dolar AS sementara kita berdiam diri dan hanya menontonnya, itu sudah BERAKHIR", demikian tulis Trump.
"Kami menuntut komitmen dari negara-negara tersebut bahwa mereka tidak akan menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan dolar AS atau mereka akan menghadapi tarif 100% dan harus mengucapkan selamat tinggal pada penjualan [barang] ke perekonomian AS yang luar biasa," tandas Trump.
Pernyataan dari orang yang baru saja terpilih menghuni Gedung Putih itu jelas saja membuat pasar bergolak. Indeks dolar AS yang pekan lalu membukukan kinerja terburuk sekian lama, pagi ini kembali menguat di 106,14.
Pelaku pasar agaknya harus mulai terbiasa menghadapi dinamika seputar Trump yang dengan mudahnya memicu volatilitas pasar nan tajam. Data ekonomi masih dicermati terutama terkait arah kebijakan bunga global. Namun, pernyataan Trump selalu orang nomor satu di negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia, akan berdampak luas pada perdagangan global dan pada akhirnya mempengaruhi pula prospek kebijakan moneter ke depan.
(rui)