Para responden masih melaporkan aktivitas pasar yang sepi, terlihat dari pelemahan daya beli.
Sementara pemesanan ekspor kembali turun. Ini menjadi penurunan selama 9 bulan beruntun dan semakin dalam.
Dengan peningkatan produksi sedangkan permintaan turun, hasilnya adalah stok meningkat pesat. Dunia usaha berharap stok ini bisa terbeli pada Desember, saat momentum Hari Natal dan Tahun Baru.
"Hal yang kurang positif lainnya adalah penurunan volume rekrutmen tenaga kerja, yang kini terjadi 2 bulan beruntun. Kontraksinya bahkan menjadi yang terdalam selama lebih dari 3 tahun terakhir. Perusahaan melaporkan pekerja yang keluar tidak digantikan, dan dalam beberapa kasus terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)," ungkap laporan S&P Global.
Paul Smith, Direktur S&P Global Market Interlligence, menyebut bahwa hasil PMI November bisa dikatakan mixed. Di satu sisi, ada peningkatan produksi. Namun di sisi lain, performa penjualan masih suram.
"Ini membuat dunia usaha masih berhati-hati dalam merekrut tenaga kerja, memilih untuk tidak menggantikan mereka yang keluar atau bahkan melakukan PHK," sebut Smith.
Performa industri manufaktur ke depan, lanjut Smith, ditentukan oleh permintaan. Tanpa kenaikan permintaan, kinerja manufaktur yang lesu mungkin akan berlanjut.
(aji)