Logo Bloomberg Technoz

Trump Ancam BRICS Soal Dolar AS, Rupiah Bisa Tertekan Lagi

Tim Riset Bloomberg Technoz
02 December 2024 07:30

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah sejatinya berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan hari pertama pekan ini, setelah sukses mencetak kenaikan nilai seminggu lalu.

Sentimen pasar global semula masih cukup bersahabat di mana indeks dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu melandai ke 105,73. Selain itu, pasar Treasury AS juga turun di semua tenor dan yield Treasury 10 tahun sudah di 4,1%.

Akan tetapi, pernyataan terbaru Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengancam negara-negara anggota BRICS terkait upaya dedolarisasi, memantik sentimen negatif kembali datang dan kemungkinan bisa menekan pergerakan rupiah jadi lebih lemah. 

Indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan the greenback terhadap enam mata uang dunia itu kembali merangkak naik pagi ini ke kisaran 106,03, disusul kenaikan imbal hasil Treasury lagi di hampir semua tenor. Yield UST-10Y naik ke 4,20% pada pembukaan pasar Asia pagi ini.

Di Asia ketika transaksi awal dibuka pada Senin ini, mayoritas mata uang di kawasan kembali tertekan oleh dolar AS. Yen memimpin pelemahan dengan turun nilainya 0,27%, dolar Singapura 0,24%, yuan offshore juga turun 0,15%, won Korsel 0,12%, serta ringgit 0,06%.