Logo Bloomberg Technoz

Meskipun Korea Selatan diperkirakan hanya akan terkena tarif universal sebesar 10%, negara ini juga berpotensi terdampak secara tidak langsung akibat tarif tinggi yang dikenakan pada mitra dagang utamanya. Trump telah menjanjikan tarif sebesar 60% untuk China, yang merupakan mitra dagang terbesar Korea Selatan.

Bank sentral Korsel atau Bank of Korea (BOK) pada Kamis lalu mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga acuan dalam langkah berturut-turut untuk mempersiapkan ekonomi menghadapi potensi tantangan dari kebijakan Trump yang akan berlaku pada Januari 2025.

Negara-negara yang bergantung pada ekspor. (Sumber: Bloomberg)

Bank sentral juga telah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap melemahnya pertumbuhan ekspor produk teknologi. Sebagai rumah bagi dua produsen chip memori terbesar dunia, Korea Selatan memiliki peran besar dalam rantai pasok teknologi global.

AS menjadi sumber permintaan stabil untuk semikonduktor Korea Selatan, terutama karena pengembang kecerdasan buatan (AI) meningkatkan pembelian perangkat canggih. Namun, kontrol ekspor cip yang semakin ketat dari AS terhadap China menambah tantangan bagi produsen cip Korea seperti Samsung Electronics Co, yang memiliki pabrik di China.

Permintaan yang berkelanjutan terhadap cip memori menjadi pendorong utama momentum ekonomi Korea Selatan. Pemerintah telah berjanji untuk mendukung pertumbuhan ini dengan menyuntikkan dana miliaran dolar dalam anggaran fiskal tahun depan.

Namun, menurut proyeksi terbaru BOK, ekonomi Korea Selatan diperkirakan hanya mampu tumbuh lebih dari 2% pada 2025 dan 2026. Hal ini disebabkan oleh penurunan industri chip memori yang telah melewati puncak siklusnya, serta lemahnya konsumsi domestik akibat tekanan suku bunga yang tinggi dalam waktu lama.

Penurunan ekonomi yang berkepanjangan dapat mendorong seruan untuk stimulus pemerintah dan pelonggaran moneter yang lebih cepat oleh bank sentral. Namun, penurunan suku bunga berisiko menekan mata uang won, yang sudah melemah akibat dampak kebijakan perdagangan Trump.

“Trump kembali ke Gedung Putih mengindikasikan periode penuh gejolak ke depan, dengan tarif AS yang lebih tinggi dan gesekan perdagangan baru AS-China yang mengganggu arus barang dan rantai pasok,” kata Dave Chia, ekonom asosiasi di Moody’s Analytics, dalam catatannya. “Sebagai mitra dagang utama AS dan China, Korea Selatan bisa berada di tengah-tengah konflik ini.”

Permintaan dari China dan AS menurun pada November. Pengiriman ke China turun 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara ke AS turun 5,1%, menurut Kementerian Perdagangan Korea Selatan. Ekspor mobil anjlok 13,6%, dan penjualan produk minyak di luar negeri merosot 18,7%. Namun, ekspor kapal melonjak 70,8%, dan baja naik 1,3%.

(bbn)

No more pages