Di samping itu, saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM) yang melesat 34,6%, saham PT Natura City Developments Tbk (CITY) melonjak 34,4%, dan saham PT Lini Imaji Tbk (FUTR) melejit 31,1%.
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Satu Visi Putra Tbk (VISI) yang jatuh 24,8%, saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) amblas 24,6%, dan saham PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) anjlok 20,7%.
Bursa Asia lainnya ikut melemah, terutama saham-saham Jepang dan Korea Selatan yang turut menyeret Bursa lain, KOSPI (Korea Selatan), PSEI (Filipina), NIKKEI 225 (Tokyo), Topix (Jepang), KLCI (Malaysia), TW Weighted Index (Taiwan), dan SETI (Thailand), yang tertekan dan drop dengan masing-masing 1,95%, 0,37%, 0,37%, 0,24%, 0,20%, 0,16%, dan 0,03%.
Di sisi berseberangan, Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), SENSEX (India), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Hang Seng (Hong Kong), dan Straits Times (Singapura), yang berhasil menguat masing-masing 1,67%, 1,14%, 0,93%, 0,91%, 0,67%, 0,25%, dan 0,03%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan pelemahan paling buruk kedua di Asia, setelah KOSPI.
Sentimen yang menggerakkan IHSG hari ini datang dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Hal lain adalah ketidakpastian di sisi regional usai kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat.
Di mana, Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga Indonesia naik dengan laju paling lambat dalam setahun, menurut data resmi yang dirilis awal bulan ini.
Sentimen memburuknya pasar tampak dari sejumlah data yang mencerminkan tantangan ekonomi yang dihadapi presiden baru Indonesia yang dilantik bulan lalu.
Gambaran lainnya bahwa tidak ada negara di kawasan yang kebal terhadap kekhawatiran investor yang meningkat akibat kebijakan yang diusulkan Trump, termasuk tarif yang lebih tinggi, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Efek langsungnya, dolar yang lebih kuat mengurangi daya tarik aset-aset pasar negara berkembang. Rupiah telah jatuh sekitar 1% terhadap dolar AS bulan ini.
“Pelemahan IHSG baru-baru ini didorong oleh keluarnya dana asing dan kekhawatiran akan tekanan mata uang,” kata analis JPMorgan Henry Wibowo. “Indonesia terkena dampak negatif dari menguatnya dolar.”
Dari regional Asia, Bank Sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BOK) secara tidak terduga memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,0% seiring dengan terhentinya pertumbuhan ekonomi dan melambatnya laju inflasi yang melampaui proyeksi oleh para pembuat kebijakan.
Sebelumnya para analis memprediksi Bank of Korea akan mempertahankan suku bunga acuannya setelah melakukan pemangkasan sebesar 25 bps di Oktober kemarin.
Alasannya, Bank Sentral Korsel merespons sikap preventif terhadap kekhawatiran perdagangan dan ekonomi yang meningkat setelah pemilihan presiden Donald Trump.
Perlambatan di pasar properti, penurunan tekanan inflasi, dan melambatnya laju pertumbuhan ekspor menjadi dasar bagi pemotongan suku bunga kali ini.
(fad/wep)