Logo Bloomberg Technoz

Pada saat yang sama calon kebijakan konservatif Trump membuat dolar AS semakin perkasa. Dalam catatan, saat hitung cepat pasca pencoblosan indeks dolar AS dibuka perkasa, naik 0,71% ke level 104,15.

Aset emas sendiri justru tersungkur. Emas menjauh dari serangkaian pencapaian harga di kisaran US$2.800/troy ons menjadi US$2.657,79/troy ons per Senin.

Putu Agus Pransuamitra, analis riset dari Monex Investindo mengakui bahwa kemenangan Trump memberi negatif pada emas.

“Sebelum Trump [resmi] menang naik terus, mencetak rekor tertinggi tapi ketika Trump menang berbalik arah, dengan penurunan lumayan tajam,” kata dia.

Namun jika ditelisik lebih jauh, faktor penurunan emas lebih berkorelasi langsung pada penguatan dolar AS merespons rencana pemangkasan pajak korporasi di era kepemimpinan Trump menjadi 12% dari sebelumnya 21%.

Efek turunan di sektor moneter adalah peluang The Fed untuk mengerem rencana penurunan suku bunganya secara gradual.

Emas akan terus menguat di bawah Trump, turun di bawah Harris. (Bloomberg)

Kejatuhan harga emas disebabkan oleh kemenangan Trump dalam Pilpres AS 2024. Survei MLIV Bloomberg sebelumnya memperkirakan harga emas bakal melesat jika Trump kembali ke Gedung Putih.

Namun, mengapa yang terjadi justru sebaliknya, di saat Trump sudah menang harga emas malah amblas?

“Aksi jual terhadap emas lebih karena investor telah mengambil posisi. Hilangnya ketidakpastian terkait politik AS membuat risiko sudah agak mereda,” kata Nicky Shiels, Head of Metal Strategy di MKS PAMP SA, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Ya, sepertinya koreksi ini lebih karena aksi ambil untung di tengah ketidakpastian yang sedikit pudar. Maklum, sepanjang tahun ini emas masih menjadi salah satu aset paling bersinar. Sepanjang 2024, harga emas sudah naik sekitar 30%.

Simak video podcast Bloomberg TechnoZone: Trump Effect: Pilih Emas atau Bitcoin Cs? bersama Special Host Pandu Sastrowaroyo dan Co-Host Whery Enggo Prayogi.


(wep)

No more pages