“Kenapa harga emas mencetak rekor tertinggi? Karena demand-nya sangat tinggi terutama dari Bank Sentral [Dunia],” jelas Putu dalam diskusi Bloomberg TechnoZone dari Bloomberg Technoz, dikutip, Senin.
“Bank Sentral sejak 2022 itu terus memborong emas ya, di 2022 itu Bank Sentral memborong emas rekor tertinggi 1.080 ton.” Putu percaya tren memborong emas terus berlangsung “karena ketidakpastian di depan itu masih tinggi."
Bitcoin ada di posisi lebih menguntungkan. Meski dulu banyak dikecam publik karena fluktuasi dan tidak memiliki kejelasan atas underlying, kini pamornya kian meningkat.
Pendiri Indonesia Digital Asset Exchange (Indodax), Oscar Darmawan memandang Bitcoin sebagai aset baru yang potensial tetapi sulit diprediksi valuasinya. Terlebih bilamana hal ini dikaitkan antara valuasi Bitcoin dengan emas konvensional.
Oscar menyarankan untuk merekomendasikan pendekatan dollar cost averaging (DCA) dalam pembelian Bitcoin. Strategi ini memungkinkan investor untuk mendapatkan harga rata-rata, tetapi menghindari risiko membeli pada harga yang terlalu tinggi atau rendah.
Simak video podcast Bloomberg TechnoZone: Trump Effect: Pilih Emas atau Bitcoin Cs? bersama Special Host Pandu Sastrowaroyo dan Co-Host Whery Enggo Prayogi.
(wep)