Logo Bloomberg Technoz

Eduard Gismatullin, Audrey Wan & Prima Wirayani

Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkoreksi 10% dari level tertingginya tahun ini, menuju koreksi teknikal yang disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian regional setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum Amerika Serikat (AS).

Hari ini, Jumat (29/11/2024), IHSG turun 1,3% ke level terendah sejak 6 Agustus, dimana saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi penghambat terbesar IHSG. Indeks mencapai level tertinggi sepanjang masa pada 19 September. 

Investor asing menjual saham-saham Indonesia senilai US$52,9 juta pada perdagangan kemarin, Kamis (28/11/2024), menurut data bursa yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Ini adalah hari ke-16 penjualan berturut-turut, karena dolar yang lebih kuat mengurangi daya tarik aset-aset pasar negara berkembang. 

Sentimen memburuknya pasar mencerminkan sejumlah data yang menunjukkan tantangan-tantangan ekonomi yang dihadapi presiden baru Indonesia yang dilantik bulan lalu. Hal ini juga merupakan cerminan bahwa tidak ada negara di kawasan ini yang kebal terhadap kekhawatiran investor yang meningkat akibat kebijakan-kebijakan yang diusulkan Trump, termasuk tarif yang lebih tinggi. Rupiah telah jatuh sekitar 1% terhadap dollar bulan ini. 

“Pelemahan IHSG baru-baru ini didorong oleh keluarnya dana asing dan kekhawatiran akan tekanan mata uang,” kata analis JPMorgan Henry Wibowo.

“Indonesia terkena dampak negatif dari menguatnya dollar.”

Produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga Indonesia naik dengan laju paling lambat dalam setahun, menurut data resmi yang dirilis awal bulan ini. Pertumbuhan laba kuartal ketiga di antara perusahaan-perusahaan Indonesia juga lebih lemah, menurut sebuah laporan dari CGS International.

Indonesia, di bawah Presiden Prabowo Subianto yang baru saja dilantik, telah menyiapkan langkah-langkah untuk meningkatkan daya beli, karena serentetan penutupan pabrik dan pemutusan hubungan kerja telah melemahkan konsumsi dan memperlambat pertumbuhan.

Pasar ekuitas pada akhirnya dapat rebound pada akhir tahun ini mengingat beberapa saham dengan fundamental yang kuat berada di bawah nilai wajarnya saat ini, kata Rully Arya Wisnubroto, seorang analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia di Jakarta.

(bbn)

No more pages