Tidak sedikit negara yang berkomitmen untuk melepaskan diri dari ketergantungan akan batu bara. Bahkan China, konsumen batu bara terbesar dunia, siap mengucapkan selamat tinggal kepada batu bara.
Tahun ini, porsi batu bara dalam bauran energi (energy mix) di China disebut-sebut bisa turun ke bawah 60%. Ini menjadi prestasi perdana sepanjang sejarah.
Dalam 10 bulan pertama 2024, produksi listrik dari pembangkit bertenaga batu bara menyumbang 58,7%, berdasarkan catatan lembaga riset Ember. Turun dari 61,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Musim dingin memang biasanya meningkatkan penggunaan listrik, karena warga menambah pemakaian penghangat ruangan. Namun dengan tingginya kapasitas pembangkit listrik tenaga angin, kebutuhan batu bara bisa diredam.
Selama Januari-Oktober, pembangkitan listrik tenaga angin di China adalah 799 terawatt hour. Melonjak 13% dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih terjebak di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 40,64. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 31,32. Menghuni area jual (short).
Dengan koreksi yang sudah lumayan dalam, sebenarnya harga batu bara berpeluang bangkit. Cermati pivot point di US$ 141/ton. Jka tertembus, maka target resisten di rentang US$ 142-143/ton akan terkonfirmasi.
Adapun target support terdekat adalah US$ 138/ton. Penembusan di titik ini berisiko membawa harga batu bara turun lagi menuju US$ 135/ton.
(aji)