Logo Bloomberg Technoz

Tepi sungai di Korut berjarak lebih dari satu mil (1,6 kilometer) dari gerai Starbucks, yang berarti pengunjung mungkin memerlukan teropong atau lensa jarak jauh untuk melihat apa yang terjadi di negara tetangga tersebut.

Kekuatan militer Korut terkadang ditampilkan melalui peluncuran rudal dan acara-acara lainnya. Namun, kehidupan sehari-hari warga Korut yang biasa masih diselimuti misteri dan menarik banyak orang untuk datang ke negara terpencil ini.

Sementara Pyongyang membuka perbatasannya untuk pariwisata umum pada Desember untuk pertama kalinya sejak pandemi, tur semacam itu dikontrol ketat dan banyak warga negara asing dilarang.

Kafe berkapasitas 30 tempat duduk itu dibuka pada Jumat di menara observatorium Aegibong Peace Ecopark, memberikan para penikmat kopi pemandangan indah sungai Jogang yang memisahkan kedua negara.

Ini adalah bagian dari rencana kota untuk mengubah Aegibong menjadi objek wisata global, dengan memanfaatkan kepentingan historis dan strategisnya selama Perang Korea.

Sekitar 135.514 orang telah mengunjungi taman tersebut dalam 10 bulan pertama tahun ini, naik 24% dari periode tahun lalu.

Starbucks Korea, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh E-Mart Inc, bagian dari raksasa ritel Korea Shinsegae Group, menolak untuk memberikan komentar.

Perusahaan memilih lokasi tersebut karena nilai historis dan pemandangannya, kata juru bicara pemerintah kota Gimpo dalam email kepada Bloomberg News, seraya menambahkan Starbucks adalah satu-satunya perusahaan makanan dan minuman yang beroperasi di lokasi tersebut.

Namun, taman ekologi yang tenang ini pun tidak luput dari permusuhan antara kedua negara.

Hampir satu dekade lalu, Korsel merobohkan menara Natal di Aegibong yang kemudian digambarkan Korut sebagai bentuk perang psikologis. Namun, tahun lalu, Korsel menggelar kembali acara penyalaan berskala besar dalam bentuk pohon Natal di Aegibong.

Pembukaan kafe ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara. Pemimpin Korut Kim Jong Un telah berupaya untuk memutus hubungan dengan tetangganya, mengesampingkan kemungkinan penyatuan secara damai.

Dalam beberapa minggu terakhir, rezim Kim telah meledakkan beberapa bagian jalan dan rel kereta yang menghubungkan kedua negara dan mengirim ribuan balon berisi sampah kertas dan puntung rokok.

Pyongyang juga membuat marah Korsel dan sekutunya dengan mengirimkan pasukan ke Rusia untuk mendukung perang Moskow di Ukraina.

(bbn)

No more pages