Logo Bloomberg Technoz

Menurut Bahlil, penggunaan teknologi merupakan harga mati. Dia mencontohkan Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil saat ini telah menggunakan teknologi enhanced oil recovery (EOR).

Sebelum menggunakan EOR, lifting minyak hanya sekitar 100.000 barel minyak per hari atau barrels of oil per day (bopd). Saat ini, Blok Cepu bisa menghasilkan 163.000 bopd.

Dia pun meminta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), khususnya Pertamina yang menguasai 65% produksi minyak di Indonesia, harus membuka diri dan berekspansi menggunakan teknologi.

Kedua, sumur yang telah selesai eksplorasi untuk segera melakukan rencana pengembangan atau plan of development (PoD). Bahlil menyebut terdapat 301 lapangan yang telah selesai eksplorasi tahun ini. Sebanyak 60 di antaranya akan didorong untuk mengajukan PoD. 

“Sudah selesai eksplorasi, sudah dapat cadangan, tetapi belum membangun konstruksi untuk produksi. Ini kita dorong. Makanya, apapun yang mereka minta, selama tidak menabrak aturan, saya oke-in,” tutur Bahlil.

Dia pun meminta Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto tidak memperlambat kerja KKKS. Pun, KKKS yang tidak bekerja dengan semestinya, seperti telah mendapatkan cadangan minyak tetapi tidak segera diproduksi, Bahlil akan evaluasi izinnya.

“Jadi negara akan berada pada garda terdepan untuk mendorong, tetapi kita juga tidak mau disandera oleh pengusaha,” imbuh Bahlil. 

Pengboran minyak baru di Blok Cepu oleh ExxonMobil./dok. SKK Migas

Ketiga, adalah eksplorasi. Bahlil mengeklaim telah mencari investor untuk mengeksplorasi sumur minyak. Dia menawarkan pilihan skema kepada investor yakni gross split atau cost recovery.

“Jadi enggak ada lagi alasan untuk orang mengatakan kepada kita tidak kompetitif. Sweetener [insentif] kita kasih. Saya memberikan sweetener. Selama betul-betul itu kebutuhannya untuk membuat studi kelayakan, FS-nya [feasibility study] itu bernilai yang win-win antara investor dengan pemerintah,” jelas Bahlil.

Dengan menggunakan tiga srategi tersebut, Bahlil yakin target realisasi lifting minyak akan melebihi target APBN 2025. Namun, untuk target hingga akhir tahun ini, dia tidak bisa menjanjikan dapat terealisasi.

“Tetapi target saya 2025, kan APBN 2025 itu target lifting [minyak] kita itu 605.000 bopd. Pasti akan lebih [realisasinya],” ucap dia.

SKK Migas sebelumnya melaporkan realisasi produksi siap jual atau lifting minyak berada pada level 576.000 bopd pada semester I-2024. Angka ini berada di bawah target APBN 2024 dan work program & budget (WP&B) 2024 yang masing-masing sebesar 635.000 bopd dan 589.500 bopd.

Adapun, target lifting minyak pada 2025 mencapai 600.000 bopd untuk WP&B 2025. Angka ini meningkat dari proyeksi 2024 sebesar 580.000 bopd Sementara itu, target lifting minyak 2025 untuk APBN dipagu 605.000 bopd.

(mfd/wdh)

No more pages