Logo Bloomberg Technoz

Pelemahan rupiah sejalan dengan apa yang terjadi di pasar saham di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tertekan aksi jual. Sampai pukul 11:12 WIB, indeks saham kehilangan nilai 1,13% ke level 6.787-an.

Rupiah yang terus melemah pada hari kedua berturut-turut juga sejalan dengan pelemahan valuta di emerging market. Terindikasi dari indeks MSCI Emerging Market yang terpantau melemah 0,15% siang ini.

Yang menarik, di tengah pelemahan mata uang yang menjadi lawan dolar Amerika, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan the greenback di hadapan enam mata uang utama dunia juga melemah 0,26% ke level 101,694.

Duit pemodal lari ke emas?

Pelaku pasar global tengah dihadapkan pada berbagai lalu lintas sentimen yang kesemuanya memberikan derajat kecemasan berbeda-beda. 

Saham sektor perbankan di Amerika semalam mengalami “crash” dengan penurunan harga saham beberapa bank kecil sampai lebih dari 20%. Itu melejitkan lagi kecemasan pasar terhadap sektor perbankan AS yang semula dinilai sudah cukup mereda pasca JPMorgan Chase & Co mengakuisisi bank gagal First Republic.

Di sisi lain, polemik seputar batas plafon utang Amerika juga masih belum menemui titik temu, mengancam negara ekonomi terbesar itu gagal bayar utang Juni nanti.

Pasar juga mengarahkan perhatian pada hasil FOMC meeting Federal Reserve malam nanti di mana ekspektasi mayoritas memperkirakan bunga acuan Fed akan dikerek 25 bps ke 5,25%. 

Meningkatnya ketidakpastian di pasar dengan tarik menarik berbagai isu di atas, sepertinya mendorong para pemodal di pasar dunia memilih melarikan dana mereka di aset safe haven. Terindikasi dari terus naiknya harga emas di pasar berjangka Amerika.

Pada pukul 11:17, kontrak emas berjangka di Amerika diperdagangkan di US$2.018,43 per troy ounce, melanjutkan kenaikan yang sudah terjadi dari Selasa kemarin saat emas melompat harganya 1,72% dalam sehari.

(rui/roy)

No more pages