Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas belum bisa keluar dari zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,41. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Akan tetapi, indikator Stochastic RSI ada di 52,77. Menempati area beli (long) meski belum kuat.
Dalam waktu dekat, harga emas sejatinya berpeluang bangkit. Target resisten terdekat adalah Moving Average (MA) 10 di US$ 2.636.troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.649/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target support terdekat adalah US$ 2.622/troy ons. Penembusan di titik ini berisiko membuat harga emas turun lagi menuju US$ 2.610/troy ons.
Data Ekonomi AS
Data ekonomi terbaru di Amerika Serikat (AS) menjadi pemberat bagi laju harga emas. Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis merilis data belanja konsumen (personal spending) di Amerika Serikat (AS) periode Oktober.
Bulan lalu, personal spending tumbuh 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 0,3% mtm.
“Kami melihat koreksi harga emas terjadi sebagian karena pertumbuhan personal spending. Jika konsumen masih kuat, meski berhadapan dengan inflasi, maka ada ketahanan di sana,” kata Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, sebagaimana dikutip dari Bloomberg News.
Akibatnya, lanjut Streible, maka bank sentral Federal Reserve akan ragu untuk menurunkan suku bunga acuan secara agresif. Padahal emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun, karena ikut menurunkan opportunity cost.
(aji)