Rilis data Pendapatan dan Belanja AS tadi malam disambut dengan gerak indeks dolar yang lebih lemah. Yield Treasury, surat utang AS, juga turun.
Meski pagi ini, indeks dolar AS kembali naik di kisaran terbatas, akan tetapi arus beli masih berlanjut di pasar Treasury pada sesi Asia, mengindikasikan sentimen bullish yang lebih kuat.
Turunnya imbal hasil surat utang AS menaikkan daya tarik aset-aset di emerging market karena selisih imbal hasil bisa kembali melebar.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat hari ini menuju area level Rp15.900/US$ dan selanjutnya ke Rp15.880/US$ sampai dengan Rp15.850/US$.
Apabila kembali break resistance tersebut, rupiah berpotensi menguat lebih lanjut menuju level Rp15.810/US$ sampai dengan Rp15.800/US$ sebagai resistance paling potensialnya usai tembus MA-200.
Jika nilai rupiah melemah dan tertekan pada perdagangan hari ini, support menarik dicermati pada level Rp15.950/US$ dan selanjutnya Rp16.000/US$. Adapun support terkuat dan support psikologis ada di level Rp16.100/US$.
Perhatian pasar global hari ini akan tertuju ke Uni Eropa yang akan merilis data Keyakinan Konsumen. Sementara pasca rilis Risalah Rapat The Fed pada Selasa, serta Laporan Pendapatan dan Belanja AS termasuk inflasi PCE tadi malam, para pemodal global akan menunggu rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat serta laporan ketenagakerjaan, pekan depan.
Pasar AS libur pada Kamis ini untuk perayaan Thanksgiving. Jumat nanti Wallstreet kembali buka ketika momentum belanja besar, Black Friday, dimulai.
Data yang dilansir tadi malam menunjukkan, pendapatan pribadi AS melampaui ekspektasi dengan tumbuh 0,6% pada Oktober, dari tadinya tumbuh 0,3%. Sedangkan pertumbuhan personal spending sesuai ekspektasi pasar. Inflasi PCE kesemuanya sesuai ekspektasi.
Ekonomi AS terlihat masih tangguh dengan pertumbuhan pada kuartal III-2024 sebesar 2,8%.
(rui)