Dalam usulan yang ia tulis bersama di America First Policy Institute, Kellogg membayangkan kesepakatan yang membekukan garis depan saat ini, menciptakan zona demiliterisasi, dan menunda keanggotaan Ukraina di NATO “untuk waktu yang lama.” Ia juga mengutip artikel Foreign Affairs yang menyarankan pemberian “pelonggaran sanksi terbatas” kepada Kremlin.
“Perang di Ukraina adalah tragedi yang bisa dihindari, akibat ketidakmampuan Presiden Biden sebagai pemimpin dunia dan kebijakan luar negerinya yang kacau,” tulis Kellogg bersama Fred Fleitz, mantan pejabat pemerintahan Trump.
Presiden Joe Biden baru-baru ini meningkatkan bantuan untuk Ukraina, termasuk mengizinkan Kyiv menyerang target militer di Rusia, mengirim ranjau anti-personel, dan menghapus utang hampir US$5 miliar. Pemerintahannya juga meminta Ukraina menurunkan usia wajib militer, dengan alasan bahwa kebutuhan terbesarnya saat ini adalah tenaga manusia, bukan senjata.
Menurut pejabat Biden, dorongan bantuan ini dapat menempatkan Ukraina dalam posisi negosiasi yang lebih baik, sejalan dengan seruan kubu Trump untuk penyelesaian konflik yang lebih cepat. Pekan lalu, Kellogg memuji keputusan Biden mengizinkan Ukraina menggunakan rudal ATACMS buatan AS di Rusia.
“Dia sebenarnya memberi Presiden Trump lebih banyak pengaruh,” kata Kellogg tentang Biden di Fox News, seraya mengkritik bahwa rudal itu seharusnya diizinkan digunakan lebih awal.
Selama pemerintahan Trump pertama, Kellogg adalah figur utama di Dewan Keamanan Nasional, bahkan ketika terjadi pergantian pejabat tinggi secara berulang.
Dalam unggahan di X, Kellogg menulis: “Merupakan kehormatan besar bekerja untuk Presiden Trump, dan saya berharap bekerja tanpa lelah untuk mengamankan perdamaian melalui kekuatan, sambil menjaga kepentingan Amerika.”
Di institut tempatnya bekerja, Kellogg turut menulis buku An America First Approach to U.S. National Security, yang mencakup bab tentang Ukraina. Buku itu menyarankan agar AS mengakhiri perang Rusia di Ukraina melalui “diplomasi berani.”
“Apa yang seharusnya tidak kita lakukan adalah terus mengirim senjata ke kebuntuan yang akhirnya sulit dimenangkan Ukraina,” tulis Kellogg dan Fleitz, seraya mengkritik pemerintahan Biden yang mereka nilai “takut risiko” dan “mengikat Amerika dalam perang tak berujung.”
Meski penuh kritik, beberapa pakar melihat garis besar strategi diplomatik dalam pendekatan Kellogg. “Itu bukan rencana untuk tunduk pada Rusia,” kata Samuel Charap, mantan penasihat Departemen Luar Negeri AS.
Trump juga dilaporkan telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy awal bulan ini, meskipun Kremlin membantah adanya laporan bahwa Trump juga berbicara dengan Vladimir Putin melalui telepon setelah pemilu.
Kellogg, yang memiliki pengalaman militer sejak Perang Vietnam, telah menerima berbagai penghargaan atas keberaniannya. Setelah pensiun sebagai letnan jenderal pada 2003, ia bekerja di perusahaan pertahanan seperti Oracle Corp, Cubic Corp, dan CACI International Inc.
(bbn)