Yen Jepang, salah satu mata uang jangkar di Asia, pagi ini tertekan nilainya setelah beberapa waktu lalu menguat. Pelemahan yen menyeret pergerakan saham di Asia pada Kamis pagi.
Yen pagi ini turun nilainya 0,28%, disusul oleh won Korsel 0,19% jelang keputusan bunga acuan Bank of Korea. Dolar Singapura dan yuan offshore juga masih tertekan 0,08% dan 0,06%. Sementara ringgit menguat sendirian 0,14%.
Perhatian pasar global hari ini akan tertuju ke Uni Eropa yang akan merilis data Keyakinan Konsumen. Sementara pasca rilis Risalah Rapat The Fed pada Selasa, serta Laporan Pendapatan dan Belanja AS termasuk inflasi PCE tadi malam, para pemodal kini menunggu rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat juga laporan ketenagakerjaan pada pekan depan.
Pasar AS libur pada Kamis untuk perayaan Thanksgiving. Jumat nanti Wallstreet kembali buka ketika momentum belanja besar, Black Friday, dimulai.
Data yang dilansir tadi malam menunjukkan, pendapatan pribadi AS melampaui ekspektasi dengan tumbuh 0,6% pada Oktober, dari tadinya tumbuh 0,3%. Sedangkan pertumbuhan personal spending sesuai ekspektasi pasar. Inflasi PCE kesemuanya sesuai ekspektasi.
Ekonomi AS terlihat masih tangguh dengan pertumbuhan pada kuartal III-2024 sebesar 2,8%.
Paparan data itu memberi alasan bagi pemodal untuk mempertahankan taruhan bullish bagi dolar AS, ditambah potensi kenaikan inflasi akibat kebijakan tarif Trump.
“Kami melihat sedikit alasan untuk pembalikan tren dolar yang kuat,” kata Strategist Barclays Erick Martinez.
“Data AS tetap tangguh, yang menambah risiko inflasi dari tarif. Risiko ini seharusnya membuat perbedaan suku bunga bergerak menguntungkan dolar."
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat hari ini menuju area level Rp15.900/US$ dan selanjutnya ke Rp15.880/US$ sampai dengan Rp15.850/US$.
Apabila kembali break resistance tersebut, rupiah berpotensi menguat lebih lanjut menuju level Rp15.810/US$ sampai dengan Rp15.800/US$ sebagai resistance paling potensialnya usai tembus MA-200.
Jika nilai rupiah melemah dan tertekan pada perdagangan hari ini, support menarik dicermati pada level Rp15.950/US$ dan selanjutnya Rp16.000/US$. Adapun support terkuat dan support psikologis ada di level Rp16.100/US$.
Asing hengkang
Arus jual masih besar menekan pasar domestik dalam beberapa hari terakhir terutama di bursa saham. Investor nonresiden mencatat posisi net sell selama 15 hari perdagangan tanpa henti.
Terakhir, pada perdagangan Selasa sebelum libur Pilkada, asing membukukan net sell di saham senilai US$37,3 juta atau sekitar Rp594,18 miliar.
Sementara di pasar surat utang, data terakhir per 25 November, asing tercatat menjual US$72,2 juta atau sekitar Rp1,15 triliun Surat Berharga Negara (SBN).
Padahal pekan lalu, asing sudah melepas SBN sedikitnya senilai Rp5,26 triliun. Penjualan makin tinggi sejak November setelah dalam enam bulan beruntun asing mencatat posisi positif di SBN sejak Mei lalu. Kini kepemilikan investor nonresiden di SBN hanya Rp872,8 triliun.
Investor asing ramai-ramai hengkang dari pasar domestik dan mengalihkan dana ke pasar Asia lain. Berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg, ketika asing keluar dari bursa domestik, mereka memborong saham dan surat utang di negara-negara tetangga.
Di India, asing bahkan memborong obligasi sebesar US$210,2 juta dan US$1,14 miliar saham. Sedangkan di Thailand, pengelola dana global memborong obligasi US$21,9 juta dan saham sebanyak US$330.000 di Negeri Gajah Putih. Asing juga terlihat memborong surat utang di Korsel dengan nilai pembelian US$24,9 juta.
(rui)