Pada Oktober, laju inflasi PCE berada di 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sama persis dibandingkan September, tidak berubah.
Sementara dibandingkan Oktober 2023 (year-on-year/yoy), laju inflasi PCE ada di 2,3%. Lebih tinggi ketimbang September yang sebesar 2,1% yoy.
Sedangkan untuk laju inflasi PCE inti (core) pada Oktober, secara bulanan ada di 0,3%. Juga tidak berubah dibandingkan September.
Adapun laju inflasi PCE inti secara tahunan pada Oktober adalah 2,8% yoy. Lebih tinggi dibandingkan September yaitu 2,7% yoy.
Data ini mencerminkan bahwa inflasi di Negeri Paman Sam masih ‘bandel’. Akibatnya, bisa saja The Fed akan lebih hati-hati dalam menurunkan suku bunga acuan.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih tersangkut di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 47,59. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Akan tetapi, indikator Stochastic RSI ada di 57,38. Sudah masuk area beli (long) meski belum terlalu kuat.
Oleh karena itu, sejatinya ruang kenaikan harga emas masih terbuka. Target resisten terdekat adalah US$ 2.655/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 20. Jika tertembus, maka MA-50 di US 2.667/troy ons berpotensi menjadi target berikutnya.
Investor rasanya perlu mencermati pivot point di US$ 2.626/troy ons. Penembusan di titik itu berisiko membuat harga emas melorot ke US$ 2.618-2.611/troy ons.
(aji)