Tujuan jangka panjang operator telepon Perancis ini untuk memperluas proyek ini dengan melibatkan lebih banyak perusahaan teknologi AI guna mengembangkan model bahasa besar.
Model AI ini diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dengan pelanggan di 18 pasarnya yang tersebar di Timur Tengah dan Afrika.
Afrika menjadi rumah bagi sekitar sepertiga bahasa di dunia. Namun, cakupan yang luas, keterbatasan pendanaan, dan infrastruktur yang tidak merata menyebabkan hanya sedikit dialek yang dimasukkan dalam model pelatihan AI.
Orange menyatakan akan memanfaatkan kapasitas cloud publik di Eropa dan Afrika, serta pusat data miliknya, untuk melatih model AI tersebut.
Data anonim internal dari interaksi pelanggan di pusat kontak Orange akan digunakan dalam pelatihan ini, bersama dengan dataset bahasa publik dari Meta.
Orange berencana menggunakan model bahasa lokal ini untuk berinteraksi dengan pelanggan. Selain itu, model AI akan disediakan secara gratis untuk layanan kesehatan dan pendidikan publik, serta bagi perusahaan lokal dan pengusaha.
Menurut Steve Jarrett, Kepala AI Orange, proyek ini juga akan memperluas pelatihan ke bahasa sub-Sahara lainnya, seperti Lingala, Swahili, dan Bambara pada tahun depan.
“Kami melihat inisiatif ini sebagai panduan bagaimana AI dapat dimanfaatkan untuk memberikan manfaat bagi mereka yang saat ini terpinggirkan,” kata Jarrett melalui email.
“Visi Orange adalah membuat AI dan kemajuan terkait lainnya dapat diakses oleh semua orang, termasuk populasi yang buta huruf, yang saat ini belum bisa memanfaatkan potensi kecerdasan buatan.”
OpenAI juga akan memberikan akses awal kepada Orange untuk model AI-nya. Hal ini memungkinkan Orange mengembangkan berbagai kasus penggunaan, seperti interaksi suara berbasis AI dengan pelanggan, serta menyediakan kapasitas pemrosesan data tambahan di pusat data di Eropa.
(bbn)