Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada dalam tren penurunan. Terhitung sejak dimulainya perdagangan pasca libur Lebaran 2023, indeks telah kehilangan nilai 2%.
Tercatat pada awal perdagangan Rabu (3/5/2023), IHSG berada pada level 6.824,64 melemah 0,57% dibandingkan posisi hari Selasa. Namun jika membandingkan posisi tertinggi pada pekan lalu, tepatnya pada 27 April 2023 di 6.945,47 telah IHSG jeblok pada kisaran 2%.
Berdasarkan catatan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam sepekan terakhir IHSG baru mengalami dua kali penguatan, yaitu pada 26 April dan 27 April. Kala itu indeks ditutup pada 6.910,14 dan 6.945,47. Pasar bergairah usai Idul Fitri 1444 H berakhir.
Pada dua hari tersebut nilai transaksi perdagangan cukup tinggi di kisaran Rp15,32 triliun dan Rp11,25 triliun. Namun memasuki akhir pekan, 28 April kemarin IHSG langsung terkoreksi 29,7 poin (0,43%) dan ditutup pada 6.915,7. Nilai perdagangan saat itu turun menjadi Rp12,8 triliun.
Memasuki bulan baru, lantas IHSG tak juga membaik. Pasca libur perdagangan memperingati Hari Buruh Nasional, pasar saham dalam negeri terus memerah. Pada perdagangan kemarin bahkan IHSG sempat anjlok 1,2% menki akhirnya ditutup 6.862,3 atau minus 52,41 poin (0,76%).
Aktivitas perdagangan hari ini setipe dengan pencapaian perdagangan Selasa. Pada awal sesi I pengurangan nilai IHSG semakin melebar, bahkan mendekati 1%. Pada 60 menit perdagangan pagi ini, telah terjadi Rp2,9 triliun transaksi atas 4,407 miliar saham.
Penurunan IHSG pada pagi ini didapat dari raihan penurunan 307 saham. Sementara terdapat 170 saham yang mengalami kenaikan, sedangkan 208 saham sisanya tidak bergerak (stagnan).
Sejumlah analis menyebut pasar saham Indonesia relatif mengalami tekanan imbas dari gejolak saham-saham perbankan di Amerika Serikat (AS), yang menyulut penurunan kinerja di Bursa Wall Street.
Terlebih pelaku pasar masih menanti keputusan Federal Open Meeting Committee (FOMC) Federal Reserve pada Rabu (4/5/2023) depan. Investor menantikan apakah ada kebijakan suku bunga baru dari The Fed, seperti disampaikan Phintraco Sekuritas dalam riset harian mereka.
Sementara HP Sekuritas menyatakan, anjloknya Bursa AS menjadi dampak tersendiri baru pasar domestik. Diketahui saham sektor perbankan terkapar akibat semakin tingginya kekhawatiran akan krisis di sektor finansial.
Belum lagi potensi gagal bayar utang pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang makin menekan kinerja Wall Street, yang baru tentu berimbas pada bursa-bursa di Asia, termasuk Indonesia.
(wep/roy)