Investor asing yang ramai-ramai hengkang dari pasar domestik tersebut, terlihat mengalihkan dana ke pasar Asia lain. Berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg, ketika asing keluar dari bursa domestik, mereka memborong saham dan surat utang di negara-negara tetangga.
Di India, asing bahkan memborong obligasi sebesar US$210,2 juta dan US$1,14 miliar saham. Sedangkan di Thailand, pengelola dana global memborong obligasi US$21,9 juta dan saham sebanyak US$330.000 di Negeri Gajah Putih. Asing juga terlihat memborong surat utang di Korsel dengan nilai pembelian US$24,9 juta.
Berdasarkan data otoritas bursa yang dikompilasi oleh Bloomberg, selama November, nilai capital outflows dari bursa saham Indonesia mencapai US$891,1 juta month-to-date, atau sekitar Rp14,19 triliun.
Bila menghitung sejak awal kuartal IV-2024, nilai penjualan oleh asing bahkan sudah menembus US$1,60 miliar hingga data 26 November. Walaupun hitungan sepanjang tahun ini, posisi asing di saham RI masih net buy senilai US$1,63 miliar year-to-date.
Selain hengkang dari pasar saham dan surat utang, asing juga terindikasi melepas banyak kepemilikan di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Instrumen operasi moneter yang khusus dimunculkan untuk menarik dana asing agar bertahan di pasar domestik itu, terlihat mulai pudar daya tariknya di mata investor global meskipun memberikan bunga tinggi.
Mengacu data statistik, penempatan asing di SRBI sudah melorot sedikitnya Rp4,39 triliun menjadi tinggal Rp250,18 triliun per 18 November. Proporsi kepemilikan asing di SRBI yang memberikan bunga tinggi itu juga anjlok tinggal 25,82% dari sebesar 27,23% pada bulan sebelumnya.
Saham RI turun pamor
Sejak Trump memenangkan Pilpres AS, lanskap pasar global memang berubah dramatis. Yang celakanya, memberi dampak kurang baik bagi Indonesia, termasuk prospek saham, nilai tukar hingga surat utang.
Analis Citi menilai, kemenangan Trump berpotensi memperlambat penurunan tingkat bunga global dan menempatkan dolar AS makin kuat hingga hal tersebut membawa dampak negatif bagi aset saham di Indonesia.
Mengutip Bloomberg, para pemodal global terindikasi mengalihkan dana mereka ke pasar Asia lain, terutama ke saham-saham bank di bursa Singapura, menurut catatan analis Citi Ferry Wong.
Analis asing menilai, para investor melihat ada valuasi menarik di saham-saham konsumsi terutama bila pemulihan ekonomi tahun depan bisa terjadi, termasuk di antaranya adalah AMRT dan ICBP.
Sedangkan di segmen perbankan, BBNI dan BBRI dinilai akan diuntungkan dari posisi Bank Indonesia yang memiliki ruang penurunan bunga acuan untuk mengungkit likuiditas dan mendukung pertumbuhan dengan menurunkan Giro Wajib Minimum.
Para klien bank investasi asing mencari peluang untuk masuk lagi ke pasar Indonesia ketika sudah ada kejelasan lebih terang tentang kebijakan Trump di awal 2025.
(rui)