Dalam risalah tersebut, beberapa pejabat menyatakan bahwa The Fed dapat menghentikan sementara pemangkasan suku bunga dan mempertahankan biaya pinjaman pada tingkat yang restriktif jika inflasi tetap tinggi. Namun, ada juga yang menyebut pemangkasan bisa dipercepat jika ekonomi atau pasar tenaga kerja memburuk.
Ketidakpastian tentang tingkat suku bunga netral — level yang tidak membatasi atau merangsang pertumbuhan ekonomi — menjadi alasan utama bagi pendekatan yang lebih hati-hati. Banyak pejabat mengatakan ketidakpastian ini "memperumit penilaian tingkat restriktivitas kebijakan moneter, yang membuat pengurangan kebijakan restriktif dilakukan secara bertahap."
The Fed juga mempertimbangkan "penyesuaian teknis" pada tingkat suku bunga fasilitas pembelian kembali (reverse repurchase) semalam, yang merupakan suku bunga sekunder yang memengaruhi biaya pinjaman dalam perekonomian.
Pasar Tenaga Kerja
Sementara itu, risiko penurunan pada lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi dinilai telah "sedikit menurun." Para pejabat menilai tidak ada tanda-tanda "penurunan cepat" di pasar tenaga kerja, meskipun laporan pekerjaan Oktober sedikit terganggu oleh badai dan aksi mogok buruh besar-besaran. Secara keseluruhan, pasar tenaga kerja dianggap masih stabil, dengan tingkat pengangguran rendah dan minimnya PHK.
Mengenai inflasi, para pejabat The Fed mencatat pertumbuhan harga telah melambat secara substansial dari puncaknya, tetapi ukuran inti inflasi — yang tidak mencakup harga makanan dan energi — tetap "agak tinggi."
"Peserta rapat mengindikasikan mereka tetap yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%, meskipun beberapa mencatat kemungkinan proses ini bisa memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya," demikian risalah itu menyebutkan.
Ekspektasi investor mengenai pemangkasan suku bunga pada Desember menurun, terutama setelah data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan komentar dari pejabat The Fed yang mendorong pendekatan lebih hati-hati.
Data inflasi yang dirilis Rabu (27/11/2024) diperkirakan akan menunjukkan peningkatan pada Oktober dibandingkan tahun sebelumnya, menurut survei Bloomberg terhadap para ekonom.
Rapat November ini berlangsung tak lama setelah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden. Trump telah mengusulkan kebijakan baru, termasuk tarif impor, pemotongan pajak, dan deportasi massal imigran — kebijakan yang menurut para ekonom dapat memberikan tekanan naik pada inflasi.
(bbn)