Pasar saham dalam negeri juga akan merespon guncangan yang terjadi pada Bursa Wall Street, dimana saham-saham perbankan di negara Amerika Serikat (AS) turun, seperti halnya yang terjadi di Asia. Indeks S&P 500 terpangkas nyaris 2% berkaca pada anjloknya PacWest Bancorp dan Western Alliance Bancorp pada kisaran 15%.
Sementara Dow Jones turun 1,1%, dan Nasdaq turun 1,1%. Tren penurunan harga minyak relatif mereda usai terpangkas cukup dalam sepanjang tahun 2023. Pada perdagangan terakhir, minyak turun imbaskekhawatiran penurunan konsumsi akibat kenaikan suku bunga dan resesi.
S&P Global Manufacturing PMI AS mencatat level kspansi yakni 50,2, pada April 2023. Angka ini meningkat dibanding periode sebelumny 49,2. Bank sentral Australia memutuskan menaikkan suku bunga acuan 0,25%.
Pada perdagangan terakhir IHSG ‘hanya’ turun 0.8% dengan sektor energi jadi pemberat laju pasar modal Indonesia pada Selasa (3/5/2023). Investor asing mencatatkan penjualan bersih Rp204 miliar.
Saham-saham seperti BYAN, ADRO, UNTR, MIKA relatif paling tertekan. Beberapa saham blue chip mengalami tekanan jual bahkan telah menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB) seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Saham PTBA sempat drop 6,7% pada Senin siang.
Selain itu ada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), juga PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turun cukup dalam. Saham PTBA turun 280 poin (6,76%) dan kini berada di Rp3.860/saham.
BPS menyampaikan rilis terbaru inflasi, dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) April 2023 0,33% MoM, naik dibanding bulan sebelumnya 0,18% MoM. Dalam periode tahunan, inflasi 4,33% YoY, turun dari level bulan sebelumnya 4,97% YoY.
(wep)