Pemberdayaan Melalui Teknologi Digital
Sebagai bagian dari pemberdayaan UMKM Desa Nepo, BRI membekali para pelaku usaha dengan teknologi digital, termasuk sistem pembayaran non-tunai melalui QRIS. Teknologi ini mempermudah transaksi antara penjual dan pembeli, baik di toko lokal maupun supermarket.
“Sekarang pemasaran lebih mudah, dan transaksi dengan QRIS membuat belanja jadi lebih praktis,” jelas Suparman. Dengan teknologi ini, proses transaksi menjadi lebih efisien, sekaligus membuka akses pasar yang lebih luas bagi UMKM seperti Kacang Nepo.
Kacang Nepo kini menghasilkan pendapatan hingga belasan juta rupiah setiap bulan, menjadi sumber penghasilan utama bagi Suparman dan beberapa warga yang ia pekerjakan. Dengan permintaan yang terus meningkat, Suparman berencana memperluas tim produksi dan melibatkan lebih banyak warga desa.
“Harapannya, UMKM di desa kami semakin maju dan semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya,” tambahnya. Ia juga bermimpi agar produk Kacang Nepo menjadi ikon kuliner khas Desa Nepo yang dikenal secara nasional.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menegaskan bahwa BRI tidak hanya berperan sebagai lembaga keuangan tetapi juga sebagai agen pemberdayaan. “Kami memberikan value secara ekonomi sekaligus social value melalui aksi pemberdayaan individu pelaku usaha dan lembaga desa,” ujarnya.
Supari juga menyoroti pentingnya pengembangan desa di Indonesia yang masih menghadapi tantangan ketimpangan. “Pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu penting. Kami berharap program seperti Desa BRILiaN dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia,” tegasnya.
Dengan dukungan BRI, Desa Nepo kini menjadi contoh bagaimana teknologi dan pemberdayaan UMKM dapat menciptakan perubahan signifikan. Dari bahan mentah menjadi produk bernilai tambah, Desa Nepo siap melangkah lebih jauh untuk menjadi pusat inovasi kuliner yang dikenal luas.
(tim)