Kenaikan harga tiket tahun depan diperkirakan akan menghapus penurunan harga yang terjadi sebelum 2024, sehingga beberapa tarif mungkin kembali ke level tertinggi pasca-pandemi, menurut perhitungan Bloomberg News berdasarkan data Amex GBT.
Faktor utama yang mendorong kenaikan harga tiket meliputi peningkatan gaji, kekurangan staf, dan perselisihan tenaga kerja yang terus berlanjut di Amerika Utara. Biaya bahan bakar yang tinggi akibat ketegangan geopolitik juga menjadi penyebab, ditambah dengan adanya biaya tambahan baru dan investasi maskapai berbiaya rendah pada fasilitas seperti lounge bandara dan kursi yang lebih nyaman.
Rute antara Eropa dan Asia diprediksi mengalami kenaikan 6,6% untuk kelas ekonomi dan 8,2% untuk kelas bisnis, terutama karena biaya tambahan akibat penghindaran wilayah udara Rusia, keterbatasan pasokan, serta keputusan beberapa maskapai Eropa untuk menarik diri dari pasar China.
Australia diperkirakan mencatat kenaikan tarif terbesar, terutama untuk penerbangan domestik. Maskapai Qantas Airways Ltd dan Virgin Australia semakin mengokohkan duopoli mereka setelah kolapsnya maskapai-maskapai kecil seperti Rex dan Bonza.
Meskipun kenaikan harga global melambat, Gerardo Tejado, wakil presiden senior layanan profesional di Amex GBT, menyatakan bahwa perusahaan yang mengandalkan perjalanan udara tetap harus menghadapi “realitas baru.” Menurutnya, maskapai akan mengambil "sikap negosiasi yang lebih ketat" untuk memaksimalkan pendapatan mereka.
(bbn)