"Kalau nggak terjadi perubahan konsensus, market akan terasa jauh lebih pasti, dan market selalu menyukai kepastian," terangnya.
Dengan demikian, keputusan untuk membeli atau menunggu bergantung kembali kepada masing-masing investor, dengan berbagai catatan pertimbangan.
Dalam jangka panjang, Bitcoin tetap memiliki potensi besar sebagai aset digital, tetapi dengan supply yang terbatas dan ditambah kian meningkatnya adopsi global.
Untuk jangka pendek, volatilitas harga yang tinggi membuat risiko koreksi tetap ada, sehingga investor disarankan untuk tetap berhati-hati.
Pasar kripto secara keseluruhan mengkonsolidasikan lonjakan sekitar US$1 triliun sejak kemenangan Trump dalam pemilihan presiden pada 5 November, berdasarkan data dari CoinGecko.
Para spekulan semakin fokus pada apakah Bitcoin akan membuat lompatan lebih lanjut ke US$100.000 lewat janji regulasi yang ramah era Trump kembali menguasai Gedung Putih.
“Saya melihat kecenderungan yang meningkat ke sisi jual saat kita mendekati angka US$100.000. Ini menunjukkan bahwa kita mungkin akan mengalami konsolidasi di sekitar level ini dalam waktu dekat sebelum terobosan berkelanjutan di atasnya,” kata David Lawant, kepala penelitian di pialang utama kripto FalconX.
Namun menginjak hari Selasa antusiasme mendingin, tampak dari penurunan 6% dalam tiga hari terakhir. Bahkan Bitcoin mengalami level terendah dalam rentang yang sama menjadi US$92.775.
Pandangan baru Noelle Acheson, penulis buletin Crypto Is Macro Now menyebut bahwa periode puncak Bitcoin telah tercapai. Keuntungan juga telah dikunci para trader. Namun, episode seperti itu seharusnya “cepat berlalu,” jelas dia dikutip dari Bloomberg News.
Hingga pukul 11.30 waktu Indonesia Bitcoin mengalami koreksi 3,5% dibandingkan raihan hari Senin. Koreksi Bitcoin diikuti oleh beberapa altcoin seperti BNC (-2,7%) menjadi US$641, Dogecoin (-4,5%) menjadi US$0,4, hingga Cardano, TRON, hingga Avalanche masing masing -7,9%, -5,2%, dan -0,4%.
(prc/wep)