Pasukan Ukraina pertama kalinya meluncurkan rudal Storm Shadow buatan Inggris ke target-target di dalam Rusia minggu lalu, sehari setelah peluncuran sistem rudal taktis Artileri (ATACMS) buatan AS ke fasilitas militer di wilayah Bryansk, Rusia bagian barat.
Keputusan London dan Washington untuk mengizinkan serangan tersebut, yang telah lama diminta oleh Kyiv, diambil sebagai tanggapan terhadap pengerahan pasukan Korea Utara oleh Kremlin untuk berperang melawan Ukraina, menurut pejabat dari kedua pemerintah.
Namun, langkah ini juga dilihat sebagai cara bagi Presiden Joe Biden yang akan segera meninggalkan jabatannya, bersama sekutunya, untuk memperkuat posisi Ukraina dalam negosiasi dengan Moskow yang mungkin akan terjadi tahun depan, mengingat Presiden AS terpilih Donald Trump berjanji untuk segera mengakhiri perang tersebut.
Pada KTT G-20 di Brasil pada 20 November, Starmer mengatakan bahwa pemerintahannya “akan menggandakan” dukungan untuk Ukraina, namun ia menolak memberikan rincian lebih lanjut.
Storm Shadow adalah rudal berpemandu presisi yang diluncurkan dari udara dengan jangkauan lebih dari 250 kilometer. Rudal ini terbang rendah mengikuti medan dengan kecepatan tinggi, menggunakan kombinasi navigasi inersial dengan Sistem Posisi Global (GPS) dan navigasi referensi medan, menurut situs web produsen misil tersebut, MBDA.
Pemerintah Inggris tidak mengungkapkan berapa banyak rudal Storm Shadow yang telah dikirimkan ke Ukraina selama perang berlangsung, dan tidak secara rutin mengumumkan transfer tersebut. Sebelumnya, Ukraina telah menggunakan rudal tersebut untuk menyerang pasukan Rusia di Laut Hitam.
Terakhir kali Kementerian Pertahanan Inggris mengkonfirmasi pengiriman rudal tersebut ke Ukraina adalah pada bulan April, di bawah pemerintahan Perdana Menteri Rishi Sunak.
(bbn)