Menyusul insiden tersebut, Harry mengatakan Freeport Indonesia juga sudah mendapatkan rekomendasi mitigasi risiko dari Kementerian ESDM yang juga terlibat dengan menerjunkan inspektur tambang.
"Setelah kebakaran, dari sisi kesiapan, kesiapsiagaan darurat seperti apa, rekomendasi-rekomendasi sudah kami dapatkan dan saat ini sedang ditindaklanjuti," ujarnya.
Sementara itu, dari sisi penilaian internal, Freeport Indonesia fokus kepada hal-hal yang harus diperbaiki, mulai dari waktu perbaikan yang diperlukan.
"Ini kembali untuk memenuhi komitmen kepada pemerintah untuk segera mengoperasikan smelter ini agar mandat untuk hilirisasi segera kami mulai lagi," ujarnya.
Biaya Perbaikan
Sebelumnya, Freeport-McMoRan Inc (FCX) melaporkan anak usahanya di Indonesia, Freeport Indonesia, saat ini memperkirakan biaya perbaikan smelter katoda tembaga milik perseroan di KEK Gresik, Jawa Timur mencapai US$100 juta (atau setara Rp1,57 triliun asumsi kurs saat ini).
Sekadar catatan, peristiwa kebakaran terjadi di fasilitas pemisahan gas bersih di smelter katoda tembaga yang memiliki nilai investasi US$3,7 miliar atau hampir Rp60 triliun tersebut pada Senin, 14 Oktober 2024.
Dalam laporan kuartalannya ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat atau Securities and Exchange Commision (SEC), Freeport-McMoRan mengatakan estimasi biaya perbaikan tersebut didapatkan karena Freeport Indonesia telah menyelesaikan sebagian besar tinjauan kerusakan awal.
"Freeport Indonesia sudah menyelesaikan sebagian besar tinjauan kerusakan awal dan saat ini memperkirakan biaya perbaikan sekitar US$100 juta, yang diharapkan dapat diimbangi melalui program asuransi pemulihan dalam konstruksi," tulis Freeport-McMoRan, dikutip Rabu (13/11/2024).
Freeport-McMoRan melaporkan rencana perbaikan smelter katoda tembaga itu sedang berlangsung, termasuk pengadaan barang-barang dengan jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan jadwal pengiriman saat ini, yang terus dievaluasi, Freeport Indonesia berharap dapat memulai kembali operasi (start-up operations) smelter Manyar pada pertengahan 2025. Berbagai upaya tengah dilakukan untuk mempercepat pesanan peralatan guna mempercepat jadwal operasi.
Dalam kaitan itu, Freeport Indonesia juga tengah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mengizinkan keberlanjutan ekspor konsentrat tembaga hingga smelter beroperasi dengan penuh, termasuk mengupayakan agar pemerintah Indonesia bisa mengizinkan peningkatan kuota ekspor untuk 2024.
Adapun, pemerintah telah menyetujui perseroan untuk melakukan ekspor konsentrat tembaga sekitar 840.000 wet metric ton (WMT) pada periode Juli—Desember 2024.
(dov/wdh)