Logo Bloomberg Technoz

Trump mengulangi lagi pernyataannya bahwa pemerintahan yang ia pimpin nanti akan mengenakan tarif barang impor sebesar 10% pada barang-barang dari China dan 25% barang impor dari Meksiko dan Kanada.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Trump menyatakan, pungutan itu dibutuhkan AS untuk menekan arus migran dan obat-obatan terlarang melintasi perbatasan. Trump juga menuding China gagal memenuhi janji untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar fentamil dengan menuliskan bahwa "Narkoba masuk ke negara kita (AS) sebagian besar melalui Meksiko pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya. Sampai saat itu tiba, kami akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% pada Tiongkok di atas tarif tambahan apapun, pada semua produk mereka yang masuk ke AS," kata Trump.

Pernyataan itu langsung menekan mata uang Asia pagi ini. Semua mata uang di emerging market Asia melemah terhadap dolar AS, terutama won yang turun 0,41% dan ringgit 0,41%. Yuan offshore juga melemah 0,27%.

Lanskap ini kemungkinan besar juga akan mempengaruhi rupiah spot. Tadi malam, rupiah forward memang masih ditutup menguat seiring dengan pelemahan indeks dolar AS.

Namun, pagi ini, rupiah NDF-1M kembali bergerak menguat 0,16% ke kisaran Rp15.924/US$ dan makin melemah gara-gara pernyataan Trump, hingga ke kisaran Rp15.933/US$ pada pukul 7:54 WIB.

Pergerakan rupiah forward dan sentimen risk-off yang kembali menyala mungkin akan menyeret rupiah spot kembali melemah setelah kemarin ditutup tipis di Rp15.870/US$.

"Kemungkinan besar dolar AS akan tetap menguat saat ini seiring reaksi pasar dalam jangka pendek terhadap pernyataan Trump," kata Head of Currency Research Mahjabeen Zaman, dilansir dari Bloomberg.

Namun, menurutnya, data historis masih perlu jadi pertimbangan di mana bulan Desember nyaris selalu jadi masa pelemahan bagi the greenback.

Pernyataan agak dovish dari pejabat The Fed seharusnya bisa menahan tekanan lebih jauh di aset-aset emerging market. Ekspektasi pasar akan penurunan lagi Fed fund rate pada Desember bertahan.

Gubernur Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan bahwa mempertimbangkan pemotongan suku bunga pada FOMC bulan depan adalah hal yang wajar. 

“Ini masih merupakan pertimbangan yang masuk akal,” ujar Kashkari pada Senin (25/11/2024) dalam wawancara dengan Bloomberg Television.

Pernyataan ini merespons pertanyaan mengenai kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan terakhir tahun ini.

“Dengan apa yang saya ketahui hari ini, mempertimbangkan pemotongan 25 basis poin di Desember adalah diskusi yang masuk akal untuk kita lakukan."

Lelang SUN

Hari ini Kementerian Keuangan RI menggelar lelang rutin Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif sebesar Rp22 triliun dan maksimal Rp33 triliun.

Lelang kemungkinan akan membukukan permintaan yield lebih tinggi menyusul perkembangan terakhir di pasar sekunder juga sinyal dari lelang Sekuritas Rupiah (SRBI) terakhir pekan lalu.

Dalam lelang SRBI pekan lalu, tenor terpanjang yakni 12 bulan mencatat level bunga diskonto tertinggi sejak awal September sebesar 7,14%.

Di pasar sekunder kemarin, pergerakan yield SBN juga cenderung variatif. Setelah sampai tengah hari tenor pendek 2Y naik yieldnya, pada penutupan sore, yield SBN-2Y turun 2,6 bps ke 6,45%. Sementara tenor 5Y naik tipis 0,8 bps dan tenor 10Y turun 0,4 bps jadi 6,89%.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali melemah menuju area Rp15.900/US$ yang menjadi support pertama. Support kedua ada di Rp15.940/US$.

Apabila dua level support itu tertembus, rupiah bisa makin melemah ke Rp15.950-Rp15.980/US$ sebagai support terkuat.

Jika rupiah mampu menguat, level resistance menarik dicermati pada trendline garis merah di range area Rp15.850/US$ dan selanjutnya Rp15.800/US$.

Dalam jangka menengah (Mid-term) rupiah masih memiliki potensi pelemahan lanjutan ke support psikologis di Rp16.000/US$ usai menjebol sejumlah support tersebut.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 26 November 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages