China misalkan, pengembangan teknologi baterai EV terjadi secara bersamaan dari segmen kecil hingga premium. Semua berujung pada segmen tengah-tengah. Produsen mobil berdimensi kecil, Wuling telah beralih pengembangan EV dengan harga terjangkau.
Wuling Hongguang Mini EV ditawarkan kepada calon pembeli dengan harga US$5.000, dengan keuntungan masyarakat di perkotaan yang mendapatkan insentif lebih.
Produsen China lain, BYD meluncurkan seri EV baru, Seagull, bulan lalu. Kembali menawarkan harga terjangkau. Hal ini menandakan telah terjadi pergeseran. EV milik BYD mampu menempuh jarak 305 km atau setara 190 miles dengan kemampuan fast charging. Seagull berkapasitas 4 orang ditawarkan dengan harga US$11.000.
Pendekatan harga dari para produsen mobil listrik semakin bottom-up, dengan tren makin berkembang di negara-negara dengan pasar otomotif terbesar seperti Indonesia, Thailand, dan India. Pemerintah setempat bahkan telah melahirkan kebijakan subsidi agar industri mobil listrik tumbuh.
Di Thailand sebanuak 9.600 mobil listrik laku terjadi tahun lalu. Namun hingga kuartal I tahun ini transaksi mobil listrik sudah ada di angka 14.700 unit. Angka yang tergolong kecil, karena Indonesia dan India justru mengalami lonjakan yang lebih tinggi.
India dan Indonesia adalah salah satu pasar besar mobil yang sangat sensitif terhadap harga. Meski dampaknya kecepatan mengadopsi teknologi mobil listrik jadi lambat.
(bbn)