Logo Bloomberg Technoz

Donato Paolo Mancini - Bloomberg News

Bloomberg, Sekutu G-7 akan meningkatkan tekanan pada China sembari menawarkan Kyiv "komitmen teguh" di tengah tuduhan bahwa Beijing telah meningkatkan dukungan pada Rusia dalam perangnya melawan Ukraina.

Menurut draf awal komunike yang dilihat Bloomberg, para menteri luar negeri G-7, yang bertemu di Italia pada Senin dan Selasa, diduga akan mengambil "tindakan yang tepat sesuai dengan sistem hukum kita, terhadap para pelaku di China dan negara ketiga lainnya" yang mendukung "mesin perang" Rusia di Ukraina.

Sekutu-sekutu Ukraina berusaha menindak tegas negara-negara yang membantu perang Moskow, terutama sebelum Donald Trump menjabat pada Januari.

Selama kampanyenya, Trump menyatakan skeptisisme yang mendalam tentang dukungan AS untuk Ukraina dan mengklaim bahwa ia bisa mengakhiri perang dengan cepat.

Bahasa yang digunakan untuk China, jika diadopsi, akan menjadi eskalasi dibandingkan dengan pertemuan menteri luar negeri sebelumnya pada April, ketika kelompok negara tersebut meminta China untuk "memastikan" bahwa mereka menghentikan dukungan senjata serba gunanya pada Rusia.

Sekutu-sekutu Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) pada Juli lalu menyebut China sebagai "pendukung yang menentukan" perang Rusia melawan Ukraina.

Sekutu-sekutu G-7 juga diharapkan "terus memberikan tekanan yang signifikan pada pendapatan Rusia dari energi, logam, dan komoditas lainnya melalui penerapan efektif atas langkah-langkah yang sudah ada dan tindakan lebih lanjut terhadap "armada bayangan"."

Langkah-langkah baru tersebut akan berusaha mencegah penggunaan armada tanker rahasia yang telah dirakit Rusia untuk menghindari batasan harga dan pembatasan yang menargetkan kemampuan Rusia untuk memasarkan minyaknya.

Komunike sering kali diubah sebelum versi finalnya diterbitkan dan perubahan masih bisa dilakukan pada kata-katanya.

Para menteri luar negeri Uni Eropa membahas masalah ini pekan lalu. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock memperingatkan bahwa bantuan China untuk Rusia "akan dan harus memiliki konsekuensi."

Pembicaraan terbaru tentang peran China muncul setelah Bloomberg melaporkan pada Juli bahwa perusahaan China dan Rusia tengah mengembangkan pesawat nirawak penyerang yang mirip dengan model Iran yang digunakan di Ukraina.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing mungkin akan semakin dekat untuk memberikan bantuan mematikan seperti yang telah diperingatkan oleh para pejabat Barat.

AS menyetujui penggunaan senjata jarak jauh untuk melawan Rusia, sementara Moskow meluncurkan rudal balistik jenis "baru" ke Ukraina minggu lalu.

Bagian lain dari draf tersebut mengecam pengerahan tentara Korea Utara (Korut) di Ukraina dan menyerukan de-eskalasi di Timur Tengah. Pengerahan tentara Korut "menandai perluasan konflik yang berbahaya," menurut draf tersebut, yang juga menimbulkan kekhawatiran tentang transfer teknologi nuklir ke Korut.

Meskipun AS telah mengizinkan penggunaan senjata jarak jauh terhadap Rusia, para diplomat yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan bahwa kemungkinan besar tidak akan ada konsensus seperti itu dalam komunike akhir.

Pasalnya beberapa negara, seperti Italia, tidak mendukung sikap ini dan telah berulang kali mengatakan bahwa senjata yang mereka sediakan seharusnya hanya digunakan untuk pertahanan.

(bbn)

No more pages