Anglo mengatakan akan menerima uang tunai sebesar US$2,05 miliar di muka dari Peabody, perusahaan tambang batu bara asal Amerika Serikat (AS), dengan tambahan pembayaran sebesar US$725 juta yang akan dibayar di kemudian hari.
Perusahaan ini bisa menerima tambahan US$550 juta, bergantung pada harga batu bara dan US$450 juta bergantung pada pembukaan kembali tambang Grosvenor-nya.
Bisnis ini mencakup lima tambang di Queensland, yang secara bersama-sama menghasilkan 16 juta ton batu bara kokas pada tahun 2023. Sejumlah pembeli potensial memperebutkan aset-aset tersebut.
Anglo sebelumnya menjual saham senilai US$1,05 miliar di tambang batu bara Australia lainnya. Bagi Peabody, kesepakatan ini akan mendorongnya menjadi salah satu dari segelintir produsen yang mendominasi pasar batu bara pembuatan baja melalui jalur laut.
Saat ini, perusahaan patungan BHP Mitsubishi Alliance dan Glencore Plc merupakan produsen terbesar. Hal ini juga menandai perubahan haluan yang luar biasa bagi Peabody.
Perusahaan itu sebelumnya mengajukan perlindungan kebangkrutan pada tahun 2016 karena adanya gelombang penambang AS yang terpukul akibat harga gas yang murah.
Sejak saat itu, Peabody berusaha untuk bisa berkembang di pasar batu bara kokas internasional dan mencoba membeli aset Australia lainnya pada tahun 2022.
Anglo saat ini akan fokus pada rencana untuk melepas saham mayoritasnya di Anglo American Platinum Ltd, yang diperkirakan akan selesai tahun depan. Perusahaan ini juga ingin keluar dari pertambangan nikel.
Rencana untuk menjual atau memisahkan De Beers menjadi rumit karena penurunan tajam di pasar berlian. Anglo lebih memilih untuk menunggu pemulihan karena perusahaan yakin De Beers akan memperoleh harga yang mencerminkan statusnya sebagai aset trofi.
(bbn)