Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengaku telah mendengar kabar rencana penutupan tersebut. Dia menjelaskan performa bisnis SPBU Shell Indonesia menurun, terlebih raksasa migas Eropa itu menjual kilangnya yang bersejarah di Singapura kepada TPIA dan Glencore.
Di sisi lain, persaingan bisnis di sektor hilir minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia, khususnya yang bergerak di bidang penyaluran bahan bakar minyak (BBM), dirasa akan makin sulit bagi pemain asing.
Ditambah, Shell juga harus bersaing dengan PT Pertamina (Persero) yang memiliki sistem monopoli karena difasilitasi dan didorong oleh pemerintah.
“Kalau SPBU [di Indonesia] memang karena didominasi Pertamina. Jadi [Shell] enggak berkembang. Referensi pemerintah ke Pertamina, makanya BBM bersubsidi oleh Pertamina itu membuat market share Pertamina [mencapai] 90%,” kata Moshe saat dihubungi, Sabtu (23/11/2024).
“Ngapain [SPBU] Shell di Indonesia, [kalau] enggak bisa tumbuh?"
Tidak hanya itu, Moshe berujar, Shell Plc di tingkat global memang memiliki strategi bisnis untuk mengurangi operasi di lini hilir atau downstream migas di wilayah Asia Tenggara. Shell, sambungnya, akan fokus terhadap industri bagian hulu atau upstream.
Dihubungi terpisah, Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea membantah kabar yang beredar bahwa Shell akan menutup seluruh SPBU di Indonesia.
"Shell Indonesia menginformasikan bahwa informasi yang beredar terkait dengan rencana Shell menutup seluruh SPBU di Indonesia adalah tidak benar. Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi yang terjadi di pasar," kata Susi kepada Bloomberg Technoz, Minggu (24/11/2024).
Bagaimanapun, Shell Indonesia tahun ini sudah menutup operasional 9 SPBU di Sumatra Utara sejak 1 Juni 2024. Sebelum penutupan di Sumatra itu, Shell mengoperasikan 215 SPBU di Indonesia; yaitu di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra Utara.
Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian pada Mei mengatakan keputusan ini sejalan dengan strategi Shell secara global untuk menciptakan produk dengan nilai lebih dan emisi yang lebih rendah. Selain itu, Shell juga bakal berfokus pada disiplin, penyederhanaan, serta kinerja bisnis.
Di tingkat global, Shell Plc juga berencana menutup 1.000 SPBU hingga 2025. Penutupan ini seiring dengan meningkatnya permintaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
"Kami berencana mendivestasikan 500 SPBU, termasuk usaha patungan, setiap tahunnya pada 2024 dan 2025," kata Shell dalam laporan Energy Transition Strategy 2024, seperti dilaporkan Bloomberg.
Shell Plc mengalami penurunan margin dari bisnis kilangnya pada kuartal III-2024 dan diperkirakan mengalami kerugian dalam bisnis petrokimianya; sebuah kinerja yang mencerminkan pelemahan ekonomi global yang lebih luas.
Margin yang diperoleh dari penyulingan minyak mentah anjlok 29% dalam periode tersebut menjadi US$5,50 per barel, kata Shell Plc dalam sebuah pernyataan.
(ain)