Analis Algo Research Alvin Baramuli mengatakan, justru spekulasi duet antara Prajogo Pangestu dan Happy Hapsoro lebih logis ketimbang masuknya Prajogo Pengstu ke BBYB.
"Tidak menutup kemungkinan, potensi sinergi justru bisa terjadi di antara keduanya, karena Prajogo Pangestu dan Hapsoro Sukmonohadi ada di PTRO," kata Alvin, dikutip Senin (25/11/2024).
RAJA dikendalikan dan dimiliki oleh Happy Hapsoro. Rinciannya, 28,5% saham dimiliki secara langsung, sementara masing-masing 34% dan 11,5% dimiliki Happy Hapsoro melalui Sentosa Bersama dan Basis Utama.
Juni tahun lalu, Happy Hapsoro memborong saham PTRO. Tidak disebutkan berapa jumlah saham yang dibeli kala itu.
Kemudian, jelang akhir 2023, kabar akuisisi PTRO oleh PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) muncul. Awal 2024, CUAN melalui PT Kreasi Jasa Persada mengeksekusi akuisisi ini.
Usai akuisisi, CUAN kembali mengakumulasi PTRO, hingga kepemilikannya saat ini mencapai 41,52%.
Itu menjadikannya pemegang saham terbesar setelah PT Caraka Reksa Optima. Ada Happy Hapsoro di balik Caraka Reksa yang saat ini memiliki 34% saham PTRO.
"Kami percaya kolaborasi lebih jauh akan terjadi di antara kedua grup tersebut. Terlebih, keduanya memiliki minat yang sama di bisnis minyak dan gas (migas)," terang Alvin.
Sebagai contoh, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), belum lama ini mengakuisisi saham Shell Energy Chemical Park (SECP) yang merupakan kilang minyak dan trading hub terbesar di dunia.
"Hal ini menunjukkan bahwa Grup Barito tetap fokus pada ekspansi ke sektor petrokimia dan migas, sesuai dengan model bisnis RAJA yang juga telah terintegrasi sepenuhnya."
Sentimen ini, menurut Alvin, juga bisa menjadi pegangan investor untuk masuk ke saham dengan sektor yang berkaitan dengan komoditas. Pasalnya, meski banyak yang berfundamental baik, bukan perkara mudah memilah saham di sektor ini karena pergerakan harganya cenderung disebabkan oleh faktor global.
Sehingga, sentimen semacam aksi korporasi ini bisa menjadi acuan untuk mencari saham 'alpha' di sektor tersebut.
IPO Anak Usaha RAJA
Isu sinergi antara RAJA dan Prajogo Pangestu semakin kuat karena muncul informasi soal rencana initial public offering (IPO) anak usaha RAJA.
Pelaku pasar yang mengetahui rencana ini mengatakan, RAJA akan membawa anak usahanya, PT Raharja Energi Cepu untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Benar, bahwa RAJA berkeinginan membawa anak perusahaan upstream untuk go public.
Direktur Rukun Raharja (RAJA) Sumantri
Raharja Energi Cepu dikabarkan menargetkan dana segar lebih dari Rp1 triliun dan menggunakan kode saham RATU saat listing nanti.
Prajogo Pangestu kabarnya juga akan menjadi anchor buyer dalam IPO Raharja Energi Cepu.
Kabar IPO itu dibenarkan oleh Direktur RAJA Sumantri. "Benar, bahwa RAJA berkeinginan membawa anak perusahaan upstream untuk go public," ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Senin (25/11/2024).
IPO, lanjut Sumantri, bertujuan untuk memperluas akses pendanaan serta meningkatkan GCG perusahaan.
"Tapi, soal Pak Prajogo, kami belum bisa berkomentar," tandas Sumantri.
Dia juga menambahkan, proses IPO saat ini tengah dijalankan dan ditargetkan bisa terealisasi tahun depan.
"Semua tergantung OJK dan otoritas Bursa, jadi kami belum bisa memastikan kapan waktunya [IPO]. Harapannya, sih, secepatnya, atau paling lambat Maret 2025," jelas Sumantri.
(red)