Adapun Uang Beredar dalam arti sempit (M1), lajunya kembali kencang dengan pertumbuhan 7,1%, lebih tinggi dibanding bulan September. Terutama disokong oleh pertumbuhan Uang Kartal di luar bank umum dan BPR.
Peredaran uang secara umum yang masih seret di perekonomian domestik, menjadi hal tak terelakkan ketika kebijakan moneter masih dipertahankan restriktif sampai hari ini. Masih tingginya bunga pinjaman di pasar telah membatasi laju kredit, di tengah permintaan yang melemah hingga menyeret kontraksi aktivitas manufaktur dalam empat bulan beruntun.
Bank Indonesia menjelaskan, kondisi uang beredar Oktober terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit perbankan dan tagihan bersih pada pemerintah pusat.
Penyaluran kredit pada Oktober stagnan dengan pertumbuhan 10,4%. Pada saat yang sama, Dana Pihak Ketiga di perbankan hanya tumbuh 6%, makin rendah dibandingkan bulan sebelumnya dengan pertumbuhan 6,7%.
Dana masyarakat di Giro dan Deposito bank, makin seret. Sedangkan di Tabungan masih tumbuh lebih tinggi. Giro Valas menjadi yang paling drastis penurunannya pada Oktober dengan pertumbuhan hanya 3,3% dibanding 10,3% bulan sebelumnya.
Berkurangnya dana di produk Giro Valas ditengarai terpengaruh faktor musiman di mana permintaan valas di akhir tahun biasanya cenderung meningkat. Korporasi diduga mencairkan banyak dananya di giro valas untuk mengantisipasi puncak pembagian dividen pada para investor, termasuk investor asing. Di bursa, terdapat sedikitnya Rp48,08 triliun dividen interim dan spesial akan dibagikan bulan depan.
Secara umum, penempatan dana nasabah di semua kategori menurun pada Oktober, yakni di kelompok nasabah korporasi, perorangan dan lainnya (Pemda, koperasi, yayasan dan swasta lain). Pertumbuhannya pada bulan lalu masing-masing 12,8%, lalu 0,5% dan 2,8% dibandingkan September masing-masing 13,5%, lalu 0,6% dan 10,7%.
Kredit Stagnan
Pertumbuhan kredit di Tanah Air masih mencetak angka double digit pada Oktober, akan tetapi lajunya stagnan.
Para nasabah perorangan mencatat penurunan permintaan kredit dengan pertumbuhan hanya 4,9%, lebih rendah dibanding September 5,4%. Sedangkan nasabah korporasi dan lainnya masih tumbuh lebih tinggi bulan lalu.
Adapun berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi dan Kredit Konsumsi masih tumbuh lebih tinggi, masing-masing 13% dan 10,8%. Akan tetapi, Kredit Modal Kerja melambat dengan pertumbuhan 8,6% dari semula 9,4%. Pada Oktober, Kredit Properti juga melesu dengan pertumbuhan cuma 7,2% dibandingkan 7,6% pada bulan sebelumnya.
Yang juga perlu dicatat, penyaluran Kredit sektor UMKM turut melambat, hanya 4,6% dibandingkan 5% sebelumnya. Tekanan pertumbuhan terutama terlihat di segmen Kredit Mikro dan Menengah, masing-masing melambat dengan pertumbuhan 4,4% dan 1,4%.
Bank Indonesia juga melaporkan, tingkat bunga simpanan di perbankan pada Oktober meningkat terutama untuk deposito 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan menjadi masing-masing 5,53%, lalu 5,58% dan 5,92%.
Sementara itu, tingkat bunga kredit turun jadi 9,16% dari tadinya 9,24% pada September.
(rui/aji)