Adapun konsensus pasar sejauh ini melihat inflasi PCE pada Oktober akan tetap dengan angka kenaikan 0,2% yang sama dengan bulan lalu. Sedangkan secara tahunan diproyeksikan akan menguat menjadi 2,3% dari sebelumnya di 2,1%.
Sementara Inflasi inti PCE diprediksi juga akan ada kenaikan menjadi 2,8%, lebih tinggi dibandingkan sebelumnya pada September 2,1%. Secara bulanan, inflasi inti PCE diproyeksikan di posisi 0,3%, sama dengan periode sebelumnya.
Pasar juga akan mencermati risalah rapat FOMC The Fed yang digelar bulan lalu, yang bisa menjadi gambaran suasana kebatinan para pengambil keputusan ketika memutuskan pemangkasan lagi Fed Fund Rate sebesar 25 bps tepat dua hari pasca Pilpres AS lalu.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor mencerna data pasar tenaga kerja AS dan pidato dari beberapa pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve) untuk mencari tahu arah pergerakan suku bunga.
Data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah orang yang untuk pertama kali mencairkan tunjangan pengangguran berkurang 6.000 minggu lalu menjadi 213.000, terendah sejak bulan April dan jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 220.000.
“Data ini memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat meskipun adanya pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve di masa lalu dan membuka jalan bagi Federal Reserve untuk memperlambat pelonggaran kebijakan moneter jika inflasi sulit turun,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pelaku pasar juga sigap memperhitungkan kebijakan fiskal Donald Trump ke depan yang terbaru, termasuk tarif perdagangan besar-besaran dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Usai Presiden Terpilih Donald Trump menunjuk Scott Bessent untuk mengawasi Departemen Keuangan AS.
Survei yang dilangsungkan oleh Bloomberg setelah penunjukan Bessent memandang Manajer Hedge Fund tersebut akan mengambil pendekatan bertahap terkait tarif dan berusaha menekan defisit anggaran, yang dianggap sebagai tanda positif bagi perekonomian dan pasar AS.
“Setelah nominasi-nominasi lainnya, serta perdebatan panjang di antara para kandidat untuk jabatan Menteri Keuangan, Anda secara harfiah bisa mendengar nafas lega dari para pelaku pasar keuangan di AS saat Bessent diumumkan,” tulis Erik Nielsen, penasihat utama ekonomi di UniCredit Bank GmbH, dalam sebuah catatan kepada klien.
Dengan kata lain, ini bisa menjadi sentimen positif juga bagi aset-aset emerging market termasuk pasar keuangan Indonesia, Rupiah.
Di belahan dunia yang lain, peningkatan tensi geopolitik juga jadi fokus pasar, terutama seputar perang Rusia-Ukraina. Bloomberg News mengabarkan, Ukraina menyebut Rusia telah meluncurkan misil balistik jenis baru ke Kota Dnipro.
Ini terjadi usai Ukraina menembakkan misil ke perbatasan Rusia dengan senjata yang dipasok dari negara-negara barat.
“Eskalasi Rusia-Ukraina meningkatkan suhu geopolitik ke level yang lebih tinggi dari perang Israel dan milisi yang didukung Iran. Pasar pun bereaksi,” kata Ole Hansen, Head of Commodity Strategies di Saxo Bank.
Dari dalam negeri, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5% (4,95%) di Kuartal III-2024 menjadi pemicu akselerasi capital outflow.
Pasar juga mengkhawatirkan arah kebijakan moneter di tahun 2025. Ruang pemangkasan suku bunga acuan BI Rate diperkirakan lebih terbatas seiring lemahnya kondisi nilai tukar Rupiah, ekspektasi kenaikan inflasi seiring rencana kenaikan PPN jadi 12% dan pasar yang masih mencerna efektivitas kebijakan fiskal dalam meredam potensi dampak negatif dari dua isu sebelumnya.
“Data ekonomi domestik relatif minim di pekan ini, sebaliknya data-data ekonomi global cukup padat di pekan ini. Salah satunya adalah risalah FOMC The Fed (27/11). Seperti yang diketahui sebelumnya, sejumlah petinggi the Fed memberikan petunjuk peluang kebijakan less-aggressive di 2025,” mengutip riset Phintraco.
“Belum tampak indikasi window dressing hingga akhir November 2024.”
Dengan demikian, IHSG diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif dalam rentang 7.150–7.230 pada pekan ini.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBRI, BBNI, MBMA, BBTN, PTBA, dan AUTO.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, belum ada perubahan signifikan pada pergerakan IHSG, posisi IHSG sedang mengalami konsolidasi di area support 7.182..
“View kita masih sama, arah trend masih Bearish dan masih berpotensi melanjutkan penurunan ke area support berikutnya di 6.998–7.064,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Senin (25/11/2024).
BRI Danareksa juga memberikan catatan, resisten sementara di 7.344.
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, BRIS, dan JPFA
(fad)