"Dia membawa pendekatan yang lebih bertahap ke pemerintahan, bukan pendekatan perubahan besar yang tiba-tiba," ujar Brian Jacobsen, Kepala Ekonom Annex Wealth Management, kepada Bloomberg TV. Jacobsen menambahkan bahwa pasar mungkin merasa lega karena pilihan ini menunjukkan pemerintahan yang pro-Amerika tetapi tetap membuka kerja sama global.
Sementara itu, dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya, dengan krona Swedia dan dolar Australia memimpin penguatan. Sebelumnya, dolar telah menguat selama delapan pekan berturut-turut, didukung ekspektasi terhadap kebijakan fiskal Trump, termasuk tarif perdagangan yang luas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (22/11/2024), indeks S&P 500 naik 0,4%, didorong oleh saham-saham yang diuntungkan dari regulasi yang lebih longgar dan kebijakan pro-bisnis pemerintahan yang baru.
Data Ekonomi Jepang dan AS Jadi Fokus Pasar
Harga minyak stabil setelah mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam hampir dua bulan, didorong oleh ketegangan geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah. Emas sedikit berubah, bertahan di atas US$2.700 per ons.
Minggu ini, pasar Asia akan mencermati data inflasi Jepang setelah gubernur bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda mengisyaratkan pertemuan kebijakan Desember sebagai momen penting. Bank Sentral Selandia Baru diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya pada Rabu.
Sementara itu, di Eropa, berbagai data inflasi dan pertumbuhan ekonomi akan dirilis. Dari AS, risalah pertemuan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) bulan November, data kepercayaan konsumen, serta pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE)—indikator inflasi pilihan The Fed—akan diawasi ketat untuk memprediksi prospek pemotongan suku bunga tahun depan.
"Para investor pasar saham ingin melihat rebound yang sehat pada data konsumen, disertai dengan inflasi PCE yang di bawah ekspektasi," kata Chris Weston, Kepala Riset Pepperstone Group di Melbourne. "Jika data AS melemah, peluang pemotongan suku bunga 25 basis poin pada 18 Desember akan meningkat di atas 50%, yang dapat mendukung risiko di pasar saham dan menjadi hambatan bagi dolar AS."
(bbn)