Logo Bloomberg Technoz

Selama kampanye, Trump mengancam akan meningkatkan tarif atas barang China hingga 60%, level yang menurut Bloomberg Economics dapat menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut. Pada masa jabatan pertamanya, Trump memberlakukan tarif hingga 25% pada lebih dari US$300 miliar barang China, yang memicu balasan dari Beijing. Presiden Joe Biden sebagian besar mempertahankan tarif tersebut.

"Poros pertumbuhan China yang baru-baru ini dilakukan berpotensi membawa ekonomi ke jalur yang lebih cepat. Perang dagang dengan AS pada 2025 mengancam prospek tersebut. Tantangan bagi Beijing adalah mengubah rencana stimulus menjadi daya tarik pertumbuhan dan melindungi ekonomi dari gelombang tarif Trump berikutnya," kata Chang Shu, Eric Zhu, dan David Qu, ekonom dari Bloomberg Economics.

Prospek perang dagang yang diperluas setelah Trump kembali ke Gedung Putih meningkatkan ekspektasi stimulus lebih besar tahun depan. Sementara ekspor melonjak, pertumbuhan impor justru stagnan karena ekonomi domestik masih berjuang pulih, memicu reaksi global dari negara-negara yang khawatir terhadap banjir barang murah dari China.

Produk domestik bruto (PDB) China diperkirakan tumbuh 4,9% pada kuartal keempat, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,8%, menurut survei Bloomberg.

Ekspor China. (Sumber: Bloomberg)

Ekonom yang disurvei juga memprediksi China akan melonggarkan likuiditas dengan memotong giro wajib minimum (RRR) bank sebesar 25 basis poin pada kuartal keempat, sambil mempertahankan suku bunga kebijakan utama hingga tahun depan. Proyeksi ini tetap tidak berubah dari survei Oktober.

Bank sentral China terakhir kali menurunkan RRR pada September, setelah Gubernur Pan Gongsheng mengumumkan serangkaian langkah agresif untuk menahan perlambatan pertumbuhan. Bulan lalu, Pan menegaskan bahwa Bank Rakyat China dapat menurunkan RRR sebesar 25 hingga 50 basis poin lagi sebelum akhir tahun, tergantung pada kondisi likuiditas pasar.

"Kami memperkirakan dampak tarif akan lebih besar dibandingkan 2018-2019, tetapi ketergantungan China terhadap AS kini lebih kecil. China juga telah mengembangkan strategi, termasuk depresiasi yuan, dan akan menambah stimulus," ujar Arjen van Dijkhuizen, ekonom senior di ABN Amro Bank NV.

(bbn)

No more pages