Logo Bloomberg Technoz

Aliansi Duterte dan Marcos telah goyah dalam waktu satu tahun setelah kemenangan telak mereka pada 2022 dalam pemilihan umum.

Perseteruan antara kedua keluarga ini semakin meningkat pada Juni ketika wakil presiden mengundurkan diri dari kabinet Marcos. Para sekutu Marcos di kongres telah mengawasi Duterte atas dugaan penyalahgunaan dana oleh kantornya, yang telah dibantahnya.

"Jangan khawatirkan keamanan saya karena saya sudah berbicara dengan seseorang," ujar Duterte dalam pengarahan pada Sabtu.

"Saya katakan kepadanya jika saya terbunuh, bunuhlah BBM, Liza Araneta, dan Martin Romualdez," ujarnya, dengan menggunakan inisial presiden yang dikenal dengan sebutan Bongbong. "Saya katakan kepadanya, jangan berhenti sampai kamu membunuh mereka dan dia mengiyakan."

Panglima Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Romeo Brawner berjanji bahwa militer akan tetap setia pada Konstitusi, di tengah perselisihan yang semakin memanas antara dua pejabat tinggi negara itu.

"Kami menghadapi tantangan yang lebih besar yang membutuhkan kekuatan negara dan angkatan bersenjata yang bersatu," kata Brawner dalam pernyataannya. "Sebagai landasan stabilitas nasional, AFP akan tetap bersikap non-partisan dengan rasa hormat yang tinggi terhadap lembaga-lembaga demokrasi dan otoritas sipil."

Komando Keamanan Presiden, dalam pernyataan terpisah, mengatakan bahwa mereka menganggap masalah tersebut sebagai masalah "keamanan nasional" dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan keselamatan presiden.

“Setiap ancaman terhadap nyawa presiden dan keluarganya, terlepas dari asal-usulnya — dan terutama yang dilakukan dengan terang-terangan di depan umum — akan ditangani dengan sangat serius," kata kelompok keamanan presiden.

Dalam pengarahan daring tersebut, Duterte juga mengutuk Marcos dan mengulangi komentar sebelumnya bahwa Bongbong tidak tahu bagaimana cara menjadi presiden.

Duterte sebelumnya mengatakan bahwa para sekutu Marcos berusaha melakukan pemakzulan terhadap dirinya.

Pernyataan terbarunya dan paling pedas setelah runtuhnya aliansi mereka menyusul langkah anggota parlemen yang bersekutu dengan Marcos dan Romualdez untuk menahan kepala stafnya, Zuleika Lopez, karena diduga menghalangi penyelidikan panel DPR atas penggunaan anggaran kantornya.

(bbn)

No more pages