Adapun, tambang produksi perusahaan meliputi tahap ekstrasi tembaga dan emas di Batu Hijau, dengan fasilitas pengolahan berkapasitas 120 ribu TPD.
Tambang tersebut juga memiliki fasilitas penggilingan, pipa perakitan untuk pengelolaan tailing, pergudangan, 158 megawatt peak (MWp) pembangkit listrik berbasis batu bara, hingga 26 MWp pembangkit listrik berbasis surya atau solar PV.
Tak hanya itu, tambang Batu Hijau juga memiliki Pelabuhan dengan terminal feri, layanan udara, dan situs kota untuk perumahan dan sekolah.
Amman Mineral juga tengah mengeksplorasi bagian-bagian lain di wilayah izin usaha pertambangan khusus (IUPK), salah satunya prospek eksplorasi Elang yang mulai dilakukan sekitar 2027.
Cebakan Elang bakal menggantikan posisi produksi tambang Batu Hijau yang akan habis pada 2030.
Proyek tersebut diketahui memiliki potensi besar, dengan estimasi sumber daya 12,945 juta pon tembaga, 19,7 juta ons emas dengan potensi menghasilkan 300—430 juta pon tembaga. Selain itu, eksplorasi Elang juga memiliki potensi sumber daya 0,35—0,60 juta ons emas per tahun.
AMNT diketahui juga memiliki dua anak usaha yakni Amman Mineral Energi (AME) dan Amman Mineral Singapore Pte Ltd (AMSPL).
PT Amman sebelumnya dikabarkan bakal melakukan ekspansi terhadap tambang yang saat ini ada atau eksisting di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
“Untuk AMMN akan mengembangkan lokasi existing saat ini di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat,” ujar Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar kepada Bloomberg Technoz, Juli.
Bisman tidak mengetahui dengan pasti ihwal aset cadangan dan sumber daya yang berada di NTB tersebut, tetapi memastikan tidak lebih besar dibandingkan dengan tambang milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua.
Senada, pakar pertambangan Rizal Kasli juga mendapatkan informasi di mana AMMN tengah mencari dana untuk ekspansi tambang yang ada di Nusa Tenggara Barat.
(mfd/wdh)