“Kalau SPBU [di Indonesia] memang karena didominasi Pertamina. Jadi [Shell] enggak berkembang. Referensi pemerintah ke Pertamina, makanya BBM bersubsidi oleh Pertamina itu membuat market share Pertamina [mencapai] 90%,” kata Moshe saat dihubungi, Sabtu (23/11/2024).
“Ngapain [SPBU] Shell di Indonesia, [kalau] enggak bisa tumbuh?"
Menurut Moshe, seiring dengan makin berkembangnya zaman, kualitas BBM Pertamina kian hari kian membaik. Berbeda dengan beberapa tahun ke belakang saat performa bahan bakar Shell lebih baik dibandingkan dengan Pertamina.
Fokus ke Hulu
Tidak hanya itu, Moshe berujar, Shell Plc di tingkat global memang memiliki strategi bisnis untuk mengurangi operasi di lini hilir atau downstream migas di wilayah Asia Tenggara. Shell akan fokus terhadap industri bagian hulu atau upstream.
Shell yang merupakan bagian Oil and Gas Climate Initiative (OGCI) berencana jorjoran mengurangi intensitas karbon dioksida (CO2) dari bagian produksi. Dia mencontohkan dari sebelumnya 100 barel menghasilkan 5 ton CO2 sekarang hanya menjadi 2,5 ton CO2.
“Intensitas ya, bukan overall. Ini seolah-olah mau kurangi dampak CO2 per barrel equivalent. Kalau baca laporan mereka berkurang secara overall, padahal naik terus produksi karena permintaan mereka salah satu kontributor terbesar itu sektor downstream. Ini kenapa Shell mau kurangi [SPBU] di Asia Tenggara. Dari sisi margin mending [fokus ke] upstream daripada downstream,” jelas Moshe.
“Satu sisi kurangi CO2 per barel ekuivalen, di sisi lain maintain profit margin di upstream, [dengan cara] kilang petrokimianya dijual.”
Saat dimintai konfirmasi, Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea tidak membantah maupun membenarkan kabar SPBU Shell Indonesia akan ditutup di Indonesia. Namun, dia menolak berkomentar lebih jauh ihwal desas-desus tersebut.
“Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi di pasar,” kata Susi kepada Bloomberg Technoz.
Tutup di Sumatra
Shell Indonesia sendiri telah menutup operasional 9 SPBU di Sumatra Utara sejak 1 Juni 2024. Sebelum penutupan di Sumatra itu, Shell mengoperasikan 215 SPBU di Indonesia; yaitu di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra Utara.
Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian pada Mei mengatakan keputusan ini sejalan dengan strategi Shell secara global untuk menciptakan produk dengan nilai lebih dan emisi yang lebih rendah. Selain itu, Shell juga bakal berfokus pada disiplin, penyederhanaan, serta kinerja bisnis.
Di tingkat global, Shell Plc juga berencana menutup 1.000 SPBU hingga 2025. Penutupan ini seiring dengan meningkatnya permintaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
"Kami berencana mendivestasikan 500 SPBU, termasuk usaha patungan, setiap tahunnya pada 2024 dan 2025," kata Shell dalam laporan Energy Transition Strategy 2024, seperti dilaporkan Bloomberg.
Shell Plc mengalami penurunan margin dari bisnis kilangnya pada kuartal III-2024 dan diperkirakan mengalami kerugian dalam bisnis kimianya; sebuah kinerja yang mencerminkan pelemahan ekonomi global yang lebih luas.
Margin yang diperoleh dari penyulingan minyak mentah anjlok 29% dalam periode tersebut menjadi US$5,50 per barel, kata Shell dalam sebuah pernyataan.
Metrik itu sebenarnya meningkat untuk bahan kimia, tetapi perusahaan tersebut tetap mengatakan bahwa mereka memperkirakan "kerugian marjinal" dalam bisnis tersebut.
(wdh)