Logo Bloomberg Technoz

“Eskalasi Rusia-Ukraina meningkatkan suhu geopolitik ke level yang lebih tinggi dari perang Israel dan milisi yang didukung Iran. Pasar pun bereaksi,” kata Ole Hansen, Head of Commodity Strategies di Saxo Bank.

Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven). Biasanya permintaan emas akan meningkat saat situasi sedang tidak pasti.

Selain itu, sentimen positif terhadap harga emas juga datang dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Gubernur bank sentral AS Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee menyebut bahwa suku bunga acuan bisa turun dalam 12-18 bulan ke depan seiring dengan inflasi yang melambat ke arah target 2%.

Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25-4,5% pada Desember adalah 52,7%. 

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Analisis Teknikal

Bagaimana ramalan harga emas untuk pekan depan? Apakah masih bisa naik lagi?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas masih mantap di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 65,29. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Akan tetapi, investor patut waspada karena indikator Stochastic RSI sudah berada di 39,07. Menghuni area jual (short).

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin harga emas akan mengalami koreksi. Namun ini koreksi yang sehat, karena memang harga sudah naik cukup tinggi. Koreksinya pun sepertinya akan relatif terbatas.

Target support terdekat adala US$ 2.689/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 2.675/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.736/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga emas naik menuju US$ 2.744/troy ons.

(aji/wdh)

No more pages