Badan peninjau — yang mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah keselamatan, mengembangkan langkah-langkah perbaikan, dan dapat memerintahkan perubahan pada maskapai atau produsen — akan "memeriksa data dan mengembangkan langkah selanjutnya," kata FAA dalam sebuah pernyataan. "FAA telah menentukan bahwa ini bukan masalah keselamatan penerbangan yang mendesak."
Setelah insiden tersebut, Southwest Airlines menyatakan bahwa mereka telah memberi tahu pilot mengenai efek dari tabrakan burung dan mengingatkan prosedur keselamatan untuk insiden serupa. Maskapai tersebut "terus menangani masalah ini melalui sistem manajemen keselamatan yang kuat sambil bekerja sama dengan produsen dan regulator keselamatan untuk menemukan solusi permanen," ujar maskapai tersebut dalam pernyataan pada Kamis.
Sistem yang terkait dengan insiden asap ini tidak muncul dalam pelatihan atau materi operasional pilot, yang "sangat mengkhawatirkan," kata kelompok internal FAA tersebut, membandingkannya dengan sistem kontrol penerbangan yang terkait dengan dua kecelakaan fatal 737 Max pada 2018 dan 2019.
Serangan Burung
Insiden pertama melibatkan penerbangan Southwest dari Havana ke Fort Lauderdale, Florida, pada 5 Maret 2023, di mana setidaknya satu burung nasar kalkun tersedot ke dalam mesin. Insiden kedua terjadi pada 20 Desember, ketika seekor elang botak betina menabrak mesin penerbangan dari New Orleans ke Tampa. Kedua insiden tersebut menyebabkan kerusakan parah pada bilah kipas, menurut presentasi CFM yang dilihat oleh Bloomberg News.
Pada kedua insiden tersebut, kerusakan pada bilah kipas mengaktifkan perangkat pengurangan beban pada mesin LEAP-1B yang dirancang untuk mengurangi beban dinamis yang tidak seimbang dalam struktur mesin, diikuti dengan penghentian mesin. Bak oli mesin juga rusak dalam kedua kasus tersebut, yang memungkinkan oli mengenai kompresor mesin dengan suhu tinggi, yang menghasilkan asap dan gas yang bisa masuk ke kokpit dari mesin kiri dan ke kabin dari mesin kanan, berdasarkan memo yang dikirim Southwest kepada pilotnya pada Februari.
“Kegagalan mesin ini terjadi pada fase kritis penerbangan dan diperburuk dengan kehadiran asap dan gas yang terkait dengan kerusakan mesin parah yang memasuki kokpit atau kabin melalui sistem pendingin udara,” bunyi buletin tersebut. Catatan tersebut, bersama dengan catatan serupa dari American Airlines Group Inc kepada pilotnya, juga berisi informasi dari Boeing.
"Perangkat Pengurangan Beban telah digunakan secara luas di industri selama lebih dari 20 tahun dan beroperasi sesuai rancanangan," kata seorang juru bicara CFM dalam sebuah pernyataan. "Kami bekerja sama dengan FAA, EASA, dan Boeing untuk menentukan apakah ada pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian baru-baru ini."
Juru bicara Boeing mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan otoritas yang menyelidiki insiden tersebut. "Kami terus mengikuti proses regulasi untuk menangani potensi masalah dengan tepat dan memastikan keselamatan terus terjaga bagi armada global," ujarnya.
(bbn)