Inflasi Landai Sinyal Konsumsi Lemah dan Bunga Mendesak Turun?
Ruisa Khoiriyah
02 May 2023 16:20
Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan kenaikan harga alias inflasi di Indonesia terlihat terus melandai lebih cepat dan lebih rendah melampaui perkiraan mayoritas ekonom. Inflasi yang tercatat di tengah puncak perayaan musim Lebaran 2023, memberi dua sinyal penting.
Adakah inflasi rendah di tengah puncak belanja masyarakat dalam setahun itu mengindikasikan tingkat daya beli yang masih belum mampu bangkit terhantam pandemi tiga tahun terakhir? Di sisi lain, inflasi yang semakin landai lebih cepat dan lebih rendah dari perkiraan, adakah melontar pula sinyal perlunya pengguntingan bunga acuan demi menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang dihadang perlambatan pertumbuhan kredit bank?
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi April lalu ketika tingkat konsumsi masyarakat mencapai puncak seiring perayaan Ramadan dan Lebaran, tercatat sebesar 0,33% month-to-month. Secara tahunan, inflasi domestik pada bulan lalu hanya sebesar 4,33%, jauh menurun dibanding inflasi Maret sebesar 4,97%. Begitu juga inflasi inti yang semakin stabil di kisaran target bank sentral yakni pada April sebesar 2,83%, melandai dibanding Maret lalu 2,94%.
Bahkan dibandingkan inflasi saat kedatangan Lebaran 2022 lalu, capaian itu masih lebih rendah. Lebaran 2022 mencatat inflasi 0,4% dan sebesar 0,41% pada 2019. Sedang bila dibanding Lebaran 2020 (0,07%) dan 2021 (0,32%), inflasi April kemarin masih lebih tinggi sedikit. Meski begitu, apabila dihitung sejak Januari atau empat bulan 2023, inflasi tahun kalender hanya sebesar 1,01%, lebih rendah dibanding Januari-April 2022 sebesar 2,15%.
Capaian inflasi April di puncak konsumsi masyarakat itu kesemuanya di bawah perhitungan para ekonom. Ini menuai pertanyaan, apakah memang inflasi yang turun lebih cepat itu menandakan pengendalian harga yang jitu atau jangan-jangan laju konsumsi masyarakat masih belum sepenuhnya pulih sebagaimana dikhawatirkan banyak kalangan?