Indeks dolar AS dini hari tadi mengakhiri perdagangan di bursa New York dengan penguatan 0,27%, sempat menyentuh 107, tertinggi sejak Oktober 2023 atau setahun silam.
Para pemodal juga terus menaikkan yield Treasury, surat utang AS, terutama tenor pendek, karena data klaim pengangguran awal Amerika lebih kecil ketimbang ekspektasi pasar.
Data itu memberi sinyal campuran karena klaim pengangguran lanjutan menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun terakhir memberi sinyal para penganggur di AS mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.
Secara teknikal, bila rupiah kembali terbenam di Rp15.950/US$ yang menjadi level support terdekat. Lalu ada support berikut di Rp15.980/US$.
Apabila keduanya jebol, rupiah berpotensi melemah makin dalam ke level Rp16.000/US$ sampai dengan Rp16.040/US$ sebagai support terkuat.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada trendline garis merah di kisaran area Rp15.900-Rp15.870/US$.
Hari ini, Bank Indonesia menggelar lelang Sekuritas Rupiah (SRBI) rutin di mana bank sentral diprediksi akan mengerek bunga diskonto lagi untuk menarik pemodal asing yang terpantau mulai memudar minatnya.
Mengacu data statistik, penempatan asing di SRBI sudah melorot sedikitnya Rp4,39 triliun menjadi tinggal Rp250,18 triliun per 18 November. Proporsi kepemilikan asing di SRBI yang memberikan bunga tinggi itu juga anjlok tinggal 25,82% dari sebesar 27,23% pada bulan sebelumnya.
Pada saat yang sama, investor lokal semakin tinggi kepemilikannya di SRBI sebesar Rp38,34 triliun dalam sebulan terakhir atau naik 5,34% menjadi Rp718,64 triliun.
Laju kepemilikan SRBI oleh lokal yang melampaui asing, akan memantik situasi crowding out lebih rumit. Para bankir sudah banyak mengeluhkan keketatan likuiditas akibat SRBI tersebut.
(rui)