Penembakan rudal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin merevisi doktrin nuklir dan memperbarui persyaratan penggunaan senjata atom.
Rusia pun membalas serangan dari Ukraina. Juru Bicara Pentagon Sabrina Singh mengungkapkan Rusia telah menembakkan misil balistik jarak menengah ke kota Dnipro, Ukraina.
Sementara itu, friksi di Timur Tengah juga sepertinya belum menemui titik terang. Amerika Serikat (AS) melakukan veto atas resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk gencatan senjata di Gaza. Negeri Paman Sam berkeras bahwa Israel punya hak untuk membela diri dan gencatan senjata baru bisa terjadi jika seluruh sandera dibebaskan.
Berbagai ketidakpastian geopolitik ini membuat investor cemas. Hasilnya, aset aman (safe haven) seperti emas menjadi primadona.
“Geopolitik selalu menjadi risiko volatilitas. Kami telah menyarankan kepada para klien agar memasukkan aset lain dalam portofolio mereka sebagai lindung nilai dari kemungkinan volatilitas,” kata Themis Themistocleous, Chief Investment Officer untuk wilayah EMEA di UBS Wealth Management, dalam wawancara dengan Bloomberg Television.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 52,27. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 67,99. Menempati area beli (long) yang lumayan kuat.
Harga emas kini akan menguji target resisten Moving Average (MA) 50 di US$ 2.677/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.680/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target support terdekat adalah US$ 2.660/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi menuju US$ 2.641/troy ons.
(aji)