Faktor itu juga yang membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung terbatas, mengingat bobot sektor keuangan, khususnya bank, besar terhadap indeks.
Pandangan serupa pernah diambil oleh JP Morgan. Fund manager asing ini semula memberi perhatian pada potensi penurunan kualitas aset perbankan.
Sentimen itu juga yang membuat JP Morgan sempat memasang sikap neutral untuk saham BBRI.
Ubah Pandangan
Namun, masalah kualitas aset bisa diselesaikan pada pertengahan tahun depan, saat kredit yang direstrukturisasi jatuh tempo tahun depan.
Industri perbankan memang masih akan menghadapi tantangan cost of fund yang lebih tinggi beberapa tahun ke depan. Terlepas dari tantangan ini, JP Morgan meyakini akan bergerak positif di kisaran tertentu.
Terlebih, BBRI memiliki sentimen positif yang signifikan, yakni yield dividen yang diperkirakan mencapai 8% untuk tahun buku 2024 dan 2025.
Itu menjadi alasan JP Morgan mengubah pandangannya saat ini menjadi overweight.
Pada saat yang sama, JP Morgan juga menyesuaikan target harga menjadi Rp5.200/saham dari sebelumnya Rp5.500/saham.
Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya juga memasang sikap overweight untuk empat saham bank besar, dengan alasannya masing-masing.
"Kinerja keuangan BBCA dan BMRI hingga kuartal III-2024 menunjukkan pertumbuhan kredit yang kuat serta membaiknya kualitas aset," ujarnya.
Sedang BBNI dan BMRI menunjukkan net interest margin (NIM) yang lebih kuat, khususnya secara kuartalan.
Andrey merekomendasikan buy untuk keempatnya. Target harga BBCA dan BMRI masing-masing Rp12.060/saham dan Rp8.100/saham.
Sementara, target harga untuk saham BBRI dan BBNI masing-masing Rp5.900/saham dan Rp6.710/saham.
(red)