Logo Bloomberg Technoz

China merupakan pasar terbesar kedua secara global bagi Starbucks, dengan kontribusi pendapatan bersih sekitar US$3 miliar pada tahun fiskal terakhir. Pada tahun tersebut, Starbucks meningkatkan jumlah tokonya di negara itu sebesar 12%. Namun, perusahaan menghadapi tantangan dari pemain lokal seperti Luckin Coffee Inc, yang semakin menguatkan posisinya.

CEO baru Starbucks, Brian Niccol, bulan lalu mengatakan kepada analis bahwa dia tengah berusaha memahami operasi bisnis perusahaan di China. Dia megatakan bahwa lingkungan persaingan di sana sangat "ekstrem" dan kondisi makroekonomi yang "sulit." Niccol juga menyebutkan bahwa Starbucks perlu mencari cara untuk memperluas pasar sekaligus menjajaki kemitraan strategis jangka panjang. Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

“Kami sepenuhnya berkomitmen terhadap bisnis dan mitra kami serta untuk bertumbuh di China,” ujar juru bicara Starbucks menjawab pertanyaan Bloomberg News pekan ini. “Kami bekerja untuk menemukan jalur pertumbuhan terbaik, termasuk mengeksplorasi kemitraan strategis.”

Niccol, mantan CEO Chipotle Mexican Grill Inc, mengambil alih posisi sebagai CEO Starbucks pada September lalu setelah pendahulunya, Laxman Narasimhan, gagal menghidupkan kembali kinerja perusahaan dan diberhentikan secara mendadak. Niccol berjanji akan memperkuat upaya untuk meningkatkan kondisi fisik gerai Starbucks dan mempercepat waktu layanan. Saham Starbucks telah meningkat sekitar 2% tahun ini, memberi perusahaan nilai pasar sekitar US$111 miliar.

Hingga akhir September, Starbucks memiliki 7.596 gerai di China, yang mencakup sekitar 19% dari total gerai global. Namun, penjualan di gerai yang sama (same-store sales) turun 14% di China pada kuartal terakhir.

Beberapa rantai makanan Barat lainnya juga telah menggandeng mitra lokal di China setelah mengalami kesulitan bersaing dengan rival yang lebih gesit. Pada 2016, operator KFC Yum menjual saham operasinya di China kepada Primavera Capital, perusahaan ekuitas swasta yang dipimpin oleh mantan petinggi Goldman Sachs, Fred Hu, dan Ant Financial milik Jack Ma. Kesepakatan ini membuka jalan untuk mencatatkan bisnis tersebut sebagai entitas terpisah setelah adanya tekanan dari investor aktivis Corvex Management.

Setahun kemudian, McDonald’s menjual saham mayoritas dalam operasinya di China dan Hong Kong senilai US$1,7 miliar kepada kelompok investor, termasuk konglomerat milik negara Citic Ltd, firma buyout domestik Citic Capital Holdings Ltd, dan Carlyle Group Inc.

(bbn)

No more pages