“Masih, sampai sekarang masih bermitra dengan Rosneft. Sekarang di area Tuban masih proses persiapan dokumen FID, paralel juga sedang dalam proses persiapan pemilihan pelaksana pekerjaan EPC di area Tuban untuk fase konstruksi,” ujar Fadjar kepada Bloomberg Technoz, akhir Maret.
Di sisi lain, Hermansyah menegaskan, hingga kini Pertamina masih mempertahankan perusahaan Rusia itu sebagai tandemnya di proyek Kilang Tuban.
“Pertamina melalui anak usaha KPI, yaitu PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia [PRPP], saat ini masih bersama Rosneft untuk pelaksanaan proyek GRR Tuban,” ujarnya.
Hermansyah tidak banyak berkomentar saat ditanya apakah kepastian FID Rosneft di Kilang Tuban akan diputuskan sesuai tenggat pada November 2024, setelah ngaret dari target sebelumnya pada Maret.
Di lain sisi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia justru mulai mencari calon pemodal yang berniat menggantikan korporasi migas asal Rusia di proyek PSN tersebut.
Bahlil menegaskan pemerintah tidak bisa menunggu lama dan harus memiliki tenggat untuk mendapatkan kepastian investasi dari Rosneft di kilang yang dirancang untuk mengolah minyak hingga 300.000 barel/hari dan menelan nilai investasi Rp238,25 triliun tersebut.
"Opsi bisa saja [cari investor lain] karena kita tidak bisa menunggu sampai lama, kita harus punya batas limit waktu dan kita harus cari opsi-opsi," ujar Bahlil saat ditemui di kantornya, Jumat pekan lalu.
Ketika ditanya ihwal tenggat untuk menunggu kepastian dari Rusia, kata Bahlil, pemerintah belum melakukan rapat dengan Pertamina.
Menurutnya, pembahasan harus dilakukan dengan perusahaan migas pelat merah tersebut sebagai pihak yang selama ini berkomunikasi dengan Rosneft Singapore.
"Belum saya rapat sama Pertamina. Pertamina kan yang melakukan komunikasi dan punya feeling mereka ini serius banget atau tidak," ujarnya.
Dengan demikian, Bahlil mengatakan, dirinya bakal melakukan pembahasan ihwal kepastian tersebut bersama dengan Pertamina dalam waktu dekat.
(mfd/wdh)