Logo Bloomberg Technoz

Ekonomi 2025 Suram, Ini Jurus Frugal Living untuk Bertahan

Tim Riset Bloomberg Technoz
21 November 2024 14:35

Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Barat, Minggu (14/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Barat, Minggu (14/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Seruan menerapkan gaya hidup hemat atau biasa disebut sebagai frugal living lifestyle bergema di media sosial, menjadi respon masyarakat akan kemunculan berbagai kebijakan yang potensial menekan konsumsi rumah tangga ke depan termasuk yang sudah di depan mata adalah kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jadi 12%.

Menerapkan frugal living menjadi hal yang masuk akal ketika ada potensi kenaikan pengeluaran karena harga-harga yang meningkat akibat tarif pajak lebih mahal. Masyarakat harus lebih cermat mengatur pengeluaran agar pendapatan yang dimiliki bisa optimal menutup berbagai kebutuhan. 

Terlebih ke depan, masyarakat bukan hanya harus bersiap akan berbagai pungutan baru yang membengkakkan pengeluaran. Masyarakat juga terdesak bertahan di tengah kondisi likuiditas ekonomi yang ketat menyusul sikap Bank Indonesia yang akan cenderung mempertahankan kebijakan moneter restriktif ke depan.

Bunga acuan bertahan di level tinggi, likuiditas di perbankan yang dikeluhkan ketat akan menyulitkan debitur dalam mendapatkan bunga pinjaman murah. 

Ketik keketatan likuiditas itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan mengerek bunga pinjaman yang ditetapkan pada debitur atau konsumen perbankan. Bunga cicilan berjalan yang mengambang (floating rate) akan sulit turun. Bahkan malah bisa naik lagi karena likuiditas perbankan dikeluhkan makin ketat saa ini.